Jumat, 30 Agustus 2019

Lampung

Lampung
IX A


PIIL PESENGGIRI
Falsafah hughik masyarakat lappung dikenal jama istilah piil pesengiri.Masyarakat lappung dilom pergaulanni diatur dilom hukum adat. Hukum adat masyarakat lappung ditinjau anjak sifatni wat telu sifat,yakdo:
1. adat ketara (adat baku sepeti bentuk asal)
2. adat keterem:hasil rundingan guai ngunut penyelesaian dilom bentuk pengesahan
3. adat perattei: gegoh jadi adat,anying sebenoghni Cuma kebiasaan gawoh.
Ditinjau anjak proses pembentukanni ghik tujuan diwatkonni, wat 3 macom adat:
1.   Adat cepalo
2.   Adat ngejuk ngakuk
3.   Adat kebumian
Adat cepalo betujuan ngedidik ghik ngebina warga tagan selalu bewatak wawai ghik benogh, ngehendaki kebajikan dilom budi pekerti, tutur bahasa, ghik sai baghihni, demikian sina disebut jama piil pesenggiri.
Piil pesenggiri dapok dijabarko jadi bagian-bagian sai saling bekaitan jama kehughikan masyarakat, ngeliputi:
1.   Bejuluk beadek (berpanggilan bergelar):
Dilom bejuluk beadok/beadek nuntut gham ngedok kehaghusan beahlak tepuji, bejiwa balak,berkepribadian mantap, betanggung jawab, dapok ngelaksanako kewajiban secagha individu,tehadep dighi sayan,keluarga,masyarakat ghik selaku hamba Allah.
2. Nemui nyimah:
3. Sakai sambayan:
4. Nengah nyappur:
EMPAT PILAR PENYANGGA MASYARAKAT LAMPUNG
Pilar pertama NemuiNyimah,terdiri dari dua kata . kata nemui yang berarti tamu dan nyimah yang berasal dari kata simah yang berati santun . masalah “ tamu” atau “pertemuan” dimaksudkan sebagai eksistensi seseorang .orang dikatakan berhasil , jika sanggup menjadi tamu yang baik atau bisa menjadi tuan rumah yang bisa menerima tamu.
Apapun posisinya baik sebagai tamu maupun tuan rumah ,maka yang menjadi ukurannya adalah “simah” yang berarti santun .jadi sikap santun menjadi eksistensi seseorang dalam komunitas masyarakat lampung.kesantunan seseorang itu bisa dalam bentuk perilaku , tutur kata , dan juga dalam bentuk benda .jadi orang bisa dikatakan santun jika bisa berlaku produktif.
Istilah ini juga mengandung makna keterbukaan terhadap seluruh masyarakat pada siapapun yang menjalin hubungan .tindakan ini merupakan penerapan dari prinsip membina tali silaturahmi baik terhadap generasi sebelumnya maupun generasi sekarang dan generasi yang akan datang .
Pilar kedua Nengah dan nyappur,terdiri dari dua kata yaitu, kata Nengah dan Nyappur .kata nengah memiliki tiga arti yaitu: kerja keras,berketerampilan,dan bertanding.tetapi dalam hal ini haruslah ”nyappur “ yang berarti tenggang rasa .
Baik Kerja Keras ,berketerampilan ,dan bertanding ketiganya memiliki nuansa persaingan ,kerja keras dalam mencari sebanyak-banyak nyabertanding atau berkompetisi untuk menampilkan sesuatu yang terbaik dan bertanding untuk menentukan sipa yang terbaik.oleh karena itu yang di tuntut dalam “nengah nyappur “adalah kompetitif.
Nengah nyappur ini juga merupakan salah satu upaya masyarakat lampung untuk membekali diri baik dari sisi intelektual maupun spiritual ,sehingga memiliki kemampuan dalam mengorganisir isi alam untuk kemudian dimanfaat kan secara optimal bagi kemakmuran masyarakat.
Pilar ketiga , Sakai Sembaian , terdiri dari dua kata yaitu sakai dan sembaian .kata sakai berasal dari kata akai yang artinya terbuka dan bisa menerima sesuatu yang datangnya dari luar .sedangkan sambaian atau sumbai  ( utusan ) yang berarti memberi .dengan kata lain sakai sambaian adalah sikap kooperatif atau gotong royong.
Pilar keempat, Bejuluk  Beadek ,berasal dari juluk adek terdiri dari dua kata yaitu juluk ,adalah nama baru ketika seseorang mampu menancapkan cita-citanya .sedangkan adek  adalah gelar atau nama baru yang yang diberikan ketika cita-citanya itu telah tercapai.
Pemberian nama itu melalui acara seghak sepei untuk juluk,dan upacara mepadun untuk adek . bejuluk beadek juga merupakan salah satu sikap dari masyarakat lampung yang mencerminkan pada kerendahan hati  dan kebesaran jiwa untuk saling menghormati baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Itulah pilar utama filosofi orang lampung yang didasari oleh Piil Pesenggiri atau harga diri yang berperinsip agar orang lampung memiliki eksistensi.
Sumber : buku piil pesenggiri ,etos dan semangat kelampungan,karya Christian Heru Cahyo Saputro.
Soal
1.     Sebutko makna anjak piil pesenggiri!
2.     Pengertian anjak bejuluk beadok iyulah ?
3.     Sebutko makna anjak nemui nyimah!
4.     Sai dimaksud jama sakai sambayan iyulah? 
5.    Nengah nyappur iyulah?
  
Lampung
VIII B
Jenis-Jenis Bangunan
            Berbagai jenis bangunan yang bentuk struktur, fungsi, ragam kias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun serta dapat dipakai untuk melakukan aktifitas kehidupan dengan sebaik-baiknya, yang penying diantaranya adalah : 1. Bangunan tempat tinggal, 2. Bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat pemujaan, 3. Bangunan musyawarah, dan 4. Bangunan  menyimpan bahan makanan pokok ( padi) atau benda-benda pusaka. Bagi masyarakat Lampung jenis-jenis bangunan tersebut masih dapat dibedakan menurut sifat pemakaian/ penggunaannya. Ada jenis bangunan yang dipakai/digunakan secara tetap/ permanen sesuai dengan fungsi jenis bangunan itu dan ada pula yang dipakai/digunakan hanya pada waktu/ keadaan tertentu saja atau bersifat sementara.
            Jenis bangunan tempat tinggal yang digunakan secara permanen/ tetap sesuai dengan fungsinya ada dua macam, yaitu rumah tempat tinggal untuk orang biasa/ rakyat dan rumah tempat tinggal kepala adat/ penyimbang. Rumah tempat tinggal untuk rakyat biasa dinamakan lamban/lambahan/nuwou sedangkan rumah tempat tinggal kepala adat/ penyimbang dinamakan lamban/nuwou balak, bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat pemujaan yang digunakan secara tetap sesuai dengan fungsinya yaitu masjid/ mesigit. Jenis bangunan tempat musyawarah tidak ada yang penggunaannya bersifat sementara.
RUMAH TEMPAT TINGGAL
            Nama bangunan ini di Lampung ialah: Lamban/nuwou/Lambahan, lamban adalah nama yang lebih banyak dipakai oleh orang Lampung yang bersifat “ Sebatin “ yang juga dikenal dengan sebutan beberapa kelompok masyarakat Lampung, yaitu Lampung Pesisir. Nowou adalah nama yang dipegunakan oleh masyarakat Lampung yang beradat “ Pepadun “, sedangkan lambahan juga dipakai oleh orang Lampung yang beradat Pepadun, tetapi bahasanya termasuk bahasa/logat Lampung Pesisir, termasuk juga bahasa Komering. Memang untuk pengertian bangunan itulah nama yang dipakai oleh orang Lampung(lamban/nowou/lambahan), kemudian pada kedudukannya berdasarkan siapa yang menghuni rumah ini, ia akan mendapat tambahan predikat, berdasarkan strata kepenyimbangan (kepala adat). Bagi rumah penyimbang kampong (kepala adat/ kampong/tiyuh/anek) rumah tempat tinggalkepala adat ini disebut Lamban balak, Lamban lunik bagi rumah penyimbang suku ( bagian dari kampong), penamaan ini untuk Lampung Pesisir, sedangkan untuk daerah Lampung Pepadun tentunya bernama: Nowou balak/ lambahan balak.
Sketsa pembagian/ bagian rumah tradisional
            Uraian : 1. Garang hadap
                          2. lepau/ beranda/penghadap
                            3. lapang luar
                           4.lapang lom
                           5.kamar/bilik anak tuha (anak sulung)
                            6.kamar/bilik ayah/ibu(pimpinan rumah)
                            Dapat menjadi kamar anak tuha bila ia telah berkeluarga dan orang                                                                                                           tua pindah ke kamar no 7
                          7. kamar muli ( gadis) dan nenek/ anak-anak yang kecil ( belum dewasa)
                          8. tengah resi, bagian sisi kanan dapat dijadikan kamar kakek dan nenek atau buyut.
                          9. sudung
                        10. geragal/jembatan/jerambah
                        11. dapor/pawon/sakelak
                        12. garang kudan ( garang dapur)
                        13.simpeng/haluan/lebuh kiri ( bagian muli)
                        14.simpeng/haluan/lebuh kanan (bagian meranai)
                        15. lebuh/ haluan/kudan/juyu
Keterangan:
                        1.Garang hadap adalahbagian depan sebelah kanan rumah tempat mula-mula sampai setelah menaiki tangga, di garang ini tempat mencuci kaki atau meletakkan terompah/bakiak, dan atau peralatan lain yang tidak layak dibawa masuk rumah.
                        2.lepau/beranda/pengadap ialah bagian depan rumah
Lebuh yang disana terdapat kursi/bangku panjang serta meja, sebagian tempat istirahat,atau tempat menerima tamu dekat dan sanak family yang dekat ( dari pekon/tiyuh)
                        3. lapang luar ialah ruangan untuk bermusyawarah; tempat tidur tamu ( dengan memasang tabir dan digelarkan tikar atau kasur)
                        4.lapang lom: ialah ruang tengah rumah yang dibagi-bagi lagi oleh kamar-kamar/bilik dan tebelar.
                        5.tengah resi : ruang musyawarah bagi kaum wanita dan juga tempat menginapnya tamu wanita.
                        6. sudung/serudu: bagian rumah selanjutnya, yang dipakai sebagai ruang makan dan gudang tempat menyimpan beras serta barang pecah balah.
                        7. geragal/jembatan : bagian  penghubung antara rumah dan dapur, geragal ini memakai atap yang hamper sama tingginya dengan atap dapur.
                        8.dapur/pawon: ialah tempat sakelak ( tungku) dan peralatan memasak.
                        9.garang kudan/dapur: tempat mula-mula tiba di dapur, dari tangan dapur.
                        10. kudan/juyu : pekarangan di belakang rumah.
           
            Bentuk-bentuk bagian dan susunan ruangan yang tertera pada uraian di atas adalah bentuk/ bagian ruangan rumah yang mewah yang pada umumnya milik penyimbang ( kepala adat) baik ia kepala kampong ( Penyimbang Pekon) apalagi kalau ia kepala adat marga ( Penyimbang Marga/penyimbang buay). Mungkin juga milik orang yang berada/ kaya, yaitu orang biasa yang berhasil dalam usahanya ( biasanya hasil kebun). Orang kaya ini akhirnya nanti akan mengangkat namanya menjadi kepala adat yang disebut cakak pepadun (istilah Lampung yang beradat Pepadun dan Lampung bagian barat), angkat nama istilah orang Lampung bagian Selatan. Sehingga dapatlah ditarik asumsi bahwa apabila kita menemukan sebuah rumah tradisional yang pembagian ruangan dan bentuk bangunannya seperti diuraikan dalam sketsa-sketsa di atas, bangunan/rumah itu adalah rumah kepala adat yang disebut lamban balak/nowou balak.
           
    
Wacana :
                  Lamban Balak
            Dewasa hinji lamban tradisional sulit nihan ditemuko di unggal tiyuh. Lamban  di zaman ganta lamon sai ghadu modern. Bahan bangunan teguai anjak semen seunyini, ulih sina disebut lamban lepuk. Meskipun zaman ghadu modern, ki pagun masyarakat sai ghadu mempertahanko lamban tradisional sina, contohni di daerah Pesisir.
            Lamban tradisional sina dikenal ulih masyarakat Lampung jama istilah Lamban balak. Lamban balak sina bebeda jama lamban biasa. Pebedaanni bedasaghko sai tinggal dilom lamban sina iyulah lamen lamban biasa sai tinggal masyarakat biasa sedangko lamban balak sai tinggal penyimbang adat.
            Bentuk lamban balak  panggung ghanggal, jama atap limas melintang atau membujur. Beijan cakak kembagh atau tunggal jama seghambi muka ghik selalu wat ijan cakak pada seghambi juyu.
            Lamen ngeliyak bahan pembuatanni lamban sina teguai anjak suluh, batu bata, genteng ,ghik semen. Ijan muka teghguai jak suluh ghik papan sai kuat atau jak batu/ batu sai disemen jama ubin atau marmer.
            Lamban balak sina teghkesan bebeda jama lamban-lamban sai baghih. Sehingga sai tinggal  lamban sina sumang hulun sai berada/kaya. Bagian-bagian lamban sina iyulah:
            1.Garang hadap                                                                                                                                                     
            2. lepau
            3. lapanh luar
            4. lapang lom
            5. kamar/bilik anak
            6. kamar/bilik ayah
            7. kamar muli
            8.  tengah resi
            9. sudung
            10.geragal
            11. pawon
            12.garang kudan
            13. simpeng/lebuh kiri
            14. simpeng/ lebuh kanan
            15. kudan/ juyu
            Lamban tradisional sina musti dilestaghiko, meskipun zaman modern sinji lamon lamban sai nutuk model jak luar negeri, kidang gham musti besyukur pagun wat masyarakat Lampung sai mempertahanko lamban tradisional khusuni lamban balak.
                                                                                                Wacana ghik alih bahasa Ina Ai
Lampiran 2

                                 
  
                                                            Nuwou Lepuk
            Di zaman modern ejo, ngeguwai pola pikigh masyarakat guwai nutuki perkembangan zaman sai semakin berkembang. Perkembangan ejo keliwat dirasako oleh penduduk asli Lappung. Kebudayaan masyarakat Lappung sai dijaga hingga tano bertujuan guwai ngejaga pelestarian budaya daerah supaya makwat punah dan tentu gawoh ngejadi kebanggan daerah, salah saino iyulah nuwou adat sai pagun dipertahanko oleh sebagian masyarakat asli Lappung.
            Seturut perkembangan zaman, nuwou pok tinggal bagi masyarakat asli Lappung mulai bergeser jamo model nuwou sai didiami oleh masyarakat Lampung jamo umumno. Hal ejo ternah anjak masyarakat Lappung sai mulai ngebangun gedung semi permanen.
            Sejak masa selakkung perang dunia kewo nuwou-nuwou di zaman tano nayah didighiko oleh masyarakat Lappung, nuwou tersebut dikenal oleh masyarakat Lappung jamo istilah Nuwou Lepuk. Bangunan nuwou eno berukuran 8 x 12 m dan terdapok bughi dapugh di bagian bughi atau samping. Nuwou eno makwat ngegunako tiang, diguwai secara semi permanen, dindingno setengah bata dan papan atau jamo semen seunyinno.
             Struktur pembidangan nuwou sebagai berikut:
1. ngegunako beghanda  bughi,
2. ruang tengah,
3.kamar tidur,
4.beghanda bagian bughi atau beghanda pok pertemuan  muli dan meghanai,
5.dapugh.
            Dilom ngedighiko nuwou pagun nayah dilakuko oleh masyarakat guwai ngeguwai sedekahan selamatan dan pemasangan sesajian, hal ejo dimaksudko supayo nuwou tersebut dapok ngeneiko  keselamatan dan kedamaian bagi penghunino.
                                                                                    Wacana ghik alih bahasa Ina Ai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar