Bahasa lampung
Kelas IX
Assalamualaikum...
Dirumah saja selalu jaga kesehatan, cuci tangan dengan sabun dan jangan lupa beribadah kepada Alloh SWT.
Menerapkan makna tentang Piil Pesenggiri dalam kehidupan sehari-hari
Menerapkan makna tentang Piil Pesenggiri dalam kehidupan sehari-hari
PIIL PESENGGIRI
Falsafah
hughik masyarakat lappung dikenal jama istilah piil pesengiri.Masyarakat
lappung dilom pergaulanni diatur dilom hukum adat. Hukum adat masyarakat
lappung ditinjau anjak sifatni wat telu sifat,yakdo:
1.
adat ketara (adat baku sepeti bentuk asal)
2.
adat keterem:hasil rundingan guai ngunut penyelesaian dilom bentuk pengesahan
3. adat perattei: gegoh jadi adat,anying sebenoghni Cuma kebiasaan gawoh.
Ditinjau
anjak proses pembentukanni ghik tujuan diwatkonni, wat 3 macom adat:
1.
Adat
cepalo
2.
Adat
ngejuk ngakuk
3.
Adat
kebumian
Adat cepalo
betujuan ngedidik ghik ngebina warga tagan selalu bewatak wawai ghik benogh,
ngehendaki kebajikan dilom budi pekerti, tutur bahasa, ghik sai baghihni,
demikian sina disebut jama piil pesenggiri.
Piil pesenggiri dapok dijabarko jadi bagian-bagian sai saling bekaitan jama kehughikan masyarakat, ngeliputi:
1. 1. Bejuluk beadek (berpanggilan bergelar):
Dilom bejuluk beadok/beadek nuntut gham
ngedok kehaghusan beahlak tepuji, bejiwa balak,berkepribadian mantap,
betanggung jawab, dapok ngelaksanako kewajiban secagha individu,tehadep dighi
sayan,keluarga,masyarakat ghik selaku hamba Allah.
2. Nemui nyimah:
Sedangkan secara harfiah nemui-nyimah
diartikan sebagai sikap pemurah, terbuka tangan, suka memberi dan menerima
dalam arti material sesuai dengan
kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan
asas kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta
silaturahmi.
Nemui-nyimah merupakan kewajiban bagi suatu keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk tetap menjaga silaturahmi, dimana ikatan keluarga secara genealogis selalu terpelihara dengan prinsip keterbukaan, kepantasan dan kewajaran.
Bentuk konkrit nemui nyimah dalam konteks
kehidupan masyarakat dewasa ini lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap
kepedulian sosial dan rasa setiakawan. Suatu keluarga memiliki keperdulian
terhadap nilai-nilai kemanusiaan, tentunya berpandangan luas ke depan dengan
motivasi kerja keras, jujur dan tidak merugikan orang lain.[]
3. Sakai sambayan:
Sakai bermakna memberikan sesuatu kepada
seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk benda dan jasa yang bernilai
ekonomis yang dalam prakteknya cenderung menghendaki saling berbalas.
Sedangkan sambaiyan bermakna memberikan
sesuatu kepada seseorang, sekelompok orang atau untuk kepentingan umum secara
sosial berbentuk benda dan jasa tanpa mengharapkan balasan.
Sakai sambaiyan berarti tolong menolong dan
gotong royong, artinya memahami makna kebersamaan atau guyub. Sakai-sambayan
pada hakekatnya adalah menun-jukkan rasa partisipasi serta solidaritas yang
tinggi terhadap berbagai kegiatan pribadi dan sosial kemasyarakatan pada
umumnya.
Sebagai masyarakat Lampung akan merasa kurang
terpandang bila ia tidak mampu berpartisipasi dalam suatu kegiatan
kemasyarakatan. Perilaku ini menggambarkan sikap toleransi kebersamaan, sehingga
seseorang akan memberikan apa saja secara suka rela apabila pemberian itu
memiliki nilai manfaat bagi orang atau anggota masyarakat lain yang
membutuhkan.[]
4. Nengah nyappur:
Secara harfiah dapat diartikan sebagai sikap
suka bergaul, suka bersahabat dan toleran antar sesama. Nengah-nyappur
menggambarkan, anggota masyarakat Lampung mengutamakan rasa kekeluargaan dan
didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak
membedakan suku, agama, tingkatan, asal usul dan golongan.
Nengah-nyappur merupakan pencerminan dari asas musyawarah untuk mufakat.
Sebagai modal untuk bermusyawarah tentunya
seseorang harus mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas, sikap toleransi
yang tinggi dan melaksanakan segala keputusan dengan rasa penuh tanggung jawab.
Dengan demikian berarti masyarakat Lampung
pada umumnya dituntut kemampuannya untuk dapat menempatkan diri pada posisi
yang wajar, yaitu dalam arti sopan dalam sikap perbuatan dan santun dalam tutur
kata. Makna yang lebih dalam adalah harus siap mendengarkan, menganalisis, dan
harus siap menyampaikan informasi dengan tertib dan bermakna.[]
5.Titie Gemattei
Wujud titie gemanttei secara konkrit berupa
norma yang sering disebut kebiasaan masyarakat adat. Kebiasaan masyarakat adat
ini tidak tertulis, yang terbentuk atas dasar kesepakatan masyarakat adat
melalui suatu forum khusus (rapat perwatin Adat/Keterem).
Titie gemattie juga mempunyai pengertian sopan santun untuk kebaikkan yang
diutamakan berdasarkan kelaziman dan
kebiasaan. Kelaziman dan kebiasaan yang berdasarkan kebaikkan ini pada
hakekatnya menggambarkan bahwa masyarakat Lampung mempunyai tatanan kehidupan
sosial yang teratur.
Sikap membina kebiasaan yang berdasarkan
kebaikkan merupakan modal dasar pembangunan dan pemahaman terhadap budaya malu
baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat.
Prinsip hidup yang terkandung dalam titie gemattei merupakan pedoman dalam pelaksanaan pengawasan terhadap sikap perilaku yang melahirkan cepalo (norma hukum) yang kongkrit dan terbentuknya tatanan hukum yang baru, sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat.
Ayo Berlatih!
1.
Sebutko
makna anjak piil pesenggiri!
2.
Pengertian
anjak bejuluk beadok iyulah ?
3.
Sebutko
makna anjak nemui nyimah!
4.
Sai
dimaksud jama sakai sambayan iyulah?
5. Nengah nyappur iyulah?
Tugas kirim ke wa ibu ya. Terimakasih
Wasaalamualikum...
Kelas VIII
Assalamualaikum...
Dirumah saja selalu jaga kesehatan, cuci tangan dengan sabun dan jangan lupa beribadah kepada Alloh SWT.
Mengidentifikasi, menelaah, dan memahami teks
wacana deskripsi lamban balak dengan
benar.
Jenis-Jenis
Bangunan
Berbagai jenis bangunan yang bentuk
struktur, fungsi, ragam kias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun
temurun serta dapat dipakai untuk melakukan aktifitas kehidupan dengan
sebaik-baiknya, yang penying diantaranya adalah : 1. Bangunan tempat tinggal,
2. Bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat pemujaan, 3. Bangunan
musyawarah, dan 4. Bangunan menyimpan
bahan makanan pokok ( padi) atau benda-benda pusaka. Bagi masyarakat Lampung
jenis-jenis bangunan tersebut masih dapat dibedakan menurut sifat pemakaian/
penggunaannya. Ada jenis bangunan yang dipakai/digunakan secara tetap/ permanen
sesuai dengan fungsi jenis bangunan itu dan ada pula yang dipakai/digunakan
hanya pada waktu/ keadaan tertentu saja atau bersifat sementara.
Jenis bangunan tempat tinggal yang
digunakan secara permanen/ tetap sesuai dengan fungsinya ada dua macam, yaitu
rumah tempat tinggal untuk orang biasa/ rakyat dan rumah tempat tinggal kepala
adat/ penyimbang. Rumah tempat tinggal untuk rakyat biasa dinamakan
lamban/lambahan/nuwou sedangkan rumah tempat tinggal kepala adat/ penyimbang
dinamakan lamban/nuwou balak, bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat
pemujaan yang digunakan secara tetap sesuai dengan fungsinya yaitu masjid/
mesigit. Jenis bangunan tempat musyawarah tidak ada yang penggunaannya bersifat
sementara.
RUMAH
TEMPAT TINGGAL
Nama bangunan ini di Lampung ialah:
Lamban/nuwou/Lambahan, lamban adalah nama yang lebih banyak dipakai oleh orang
Lampung yang bersifat “ Sebatin “ yang juga dikenal dengan sebutan beberapa
kelompok masyarakat Lampung, yaitu Lampung Pesisir. Nowou adalah nama yang
dipegunakan oleh masyarakat Lampung yang beradat “ Pepadun “, sedangkan
lambahan juga dipakai oleh orang Lampung yang beradat Pepadun, tetapi bahasanya
termasuk bahasa/logat Lampung Pesisir, termasuk juga bahasa Komering. Memang
untuk pengertian bangunan itulah nama yang dipakai oleh orang
Lampung(lamban/nowou/lambahan), kemudian pada kedudukannya berdasarkan siapa
yang menghuni rumah ini, ia akan mendapat tambahan predikat, berdasarkan strata
kepenyimbangan (kepala adat). Bagi rumah penyimbang kampong (kepala adat/
kampong/tiyuh/anek) rumah tempat tinggalkepala adat ini disebut Lamban balak,
Lamban lunik bagi rumah penyimbang suku ( bagian dari kampong), penamaan ini
untuk Lampung Pesisir, sedangkan untuk daerah Lampung Pepadun tentunya bernama:
Nowou balak/ lambahan balak.
Sketsa
pembagian/ bagian rumah tradisional
Uraian : 1. Garang hadap
2. lepau/
beranda/penghadap
3. lapang luar
4.lapang lom
5.kamar/bilik anak tuha (anak
sulung)
6.kamar/bilik ayah/ibu(pimpinan rumah)
Dapat menjadi kamar anak tuha bila ia telah
berkeluarga dan orang
tua pindah ke kamar no 7
7. kamar muli ( gadis) dan nenek/ anak-anak
yang kecil ( belum dewasa)
8. tengah resi, bagian sisi kanan dapat
dijadikan kamar kakek dan nenek atau buyut.
9. sudung
10.
geragal/jembatan/jerambah
11. dapor/pawon/sakelak
12. garang kudan (
garang dapur)
13.simpeng/haluan/lebuh
kiri ( bagian muli)
14.simpeng/haluan/lebuh
kanan (bagian meranai)
15. lebuh/
haluan/kudan/juyu
Keterangan:
1.Garang hadap adalahbagian depan sebelah kanan rumah tempat
mula-mula sampai setelah menaiki tangga, di garang ini tempat mencuci kaki atau
meletakkan terompah/bakiak, dan atau peralatan lain yang tidak layak dibawa
masuk rumah.
2.lepau/beranda/pengadap ialah bagian depan rumah
Lebuh
yang disana terdapat kursi/bangku panjang serta meja, sebagian tempat
istirahat,atau tempat menerima tamu dekat dan sanak family yang dekat ( dari
pekon/tiyuh)
3. lapang luar ialah ruangan untuk bermusyawarah; tempat tidur tamu (
dengan memasang tabir dan digelarkan tikar atau kasur)
4.lapang lom: ialah ruang tengah rumah yang dibagi-bagi lagi oleh
kamar-kamar/bilik dan tebelar.
5.tengah resi : ruang musyawarah bagi kaum wanita dan juga tempat
menginapnya tamu wanita.
6. sudung/serudu: bagian rumah selanjutnya, yang dipakai sebagai ruang
makan dan gudang tempat menyimpan beras serta barang pecah balah.
7. geragal/jembatan : bagian
penghubung antara rumah dan dapur, geragal ini memakai atap yang hamper
sama tingginya dengan atap dapur.
8.dapur/pawon: ialah tempat sakelak ( tungku) dan peralatan memasak.
9.garang kudan/dapur: tempat mula-mula tiba di dapur, dari tangan
dapur.
10. kudan/juyu : pekarangan di belakang rumah.
Bentuk-bentuk bagian dan susunan
ruangan yang tertera pada uraian di atas adalah bentuk/ bagian ruangan rumah
yang mewah yang pada umumnya milik penyimbang ( kepala adat) baik ia kepala
kampong ( Penyimbang Pekon) apalagi kalau ia kepala adat marga ( Penyimbang
Marga/penyimbang buay). Mungkin juga milik orang yang berada/ kaya, yaitu orang
biasa yang berhasil dalam usahanya ( biasanya hasil kebun). Orang kaya ini
akhirnya nanti akan mengangkat namanya menjadi kepala adat yang disebut cakak pepadun (istilah Lampung yang beradat
Pepadun dan Lampung bagian barat), angkat nama istilah orang Lampung bagian
Selatan. Sehingga dapatlah ditarik asumsi bahwa apabila kita menemukan sebuah
rumah tradisional yang pembagian ruangan dan bentuk bangunannya seperti
diuraikan dalam sketsa-sketsa di atas, bangunan/rumah itu adalah rumah kepala adat yang disebut lamban
balak/nowou balak.
Bacalah wacana diatas kemudian dirangkum dengan rapih. Tugas kirim ke wa ibu ya. Terimakasih
Jenis-Jenis Bangunan
Berbagai jenis bangunan yang bentuk
struktur, fungsi, ragam kias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun
temurun serta dapat dipakai untuk melakukan aktifitas kehidupan dengan
sebaik-baiknya, yang penying diantaranya adalah : 1. Bangunan tempat tinggal,
2. Bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat pemujaan, 3. Bangunan
musyawarah, dan 4. Bangunan menyimpan
bahan makanan pokok ( padi) atau benda-benda pusaka. Bagi masyarakat Lampung
jenis-jenis bangunan tersebut masih dapat dibedakan menurut sifat pemakaian/
penggunaannya. Ada jenis bangunan yang dipakai/digunakan secara tetap/ permanen
sesuai dengan fungsi jenis bangunan itu dan ada pula yang dipakai/digunakan
hanya pada waktu/ keadaan tertentu saja atau bersifat sementara.
Jenis bangunan tempat tinggal yang digunakan secara permanen/ tetap sesuai dengan fungsinya ada dua macam, yaitu rumah tempat tinggal untuk orang biasa/ rakyat dan rumah tempat tinggal kepala adat/ penyimbang. Rumah tempat tinggal untuk rakyat biasa dinamakan lamban/lambahan/nuwou sedangkan rumah tempat tinggal kepala adat/ penyimbang dinamakan lamban/nuwou balak, bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat pemujaan yang digunakan secara tetap sesuai dengan fungsinya yaitu masjid/ mesigit. Jenis bangunan tempat musyawarah tidak ada yang penggunaannya bersifat sementara.
RUMAH TEMPAT TINGGAL
Nama bangunan ini di Lampung ialah:
Lamban/nuwou/Lambahan, lamban adalah nama yang lebih banyak dipakai oleh orang
Lampung yang bersifat “ Sebatin “ yang juga dikenal dengan sebutan beberapa
kelompok masyarakat Lampung, yaitu Lampung Pesisir. Nowou adalah nama yang
dipegunakan oleh masyarakat Lampung yang beradat “ Pepadun “, sedangkan
lambahan juga dipakai oleh orang Lampung yang beradat Pepadun, tetapi bahasanya
termasuk bahasa/logat Lampung Pesisir, termasuk juga bahasa Komering. Memang
untuk pengertian bangunan itulah nama yang dipakai oleh orang
Lampung(lamban/nowou/lambahan), kemudian pada kedudukannya berdasarkan siapa
yang menghuni rumah ini, ia akan mendapat tambahan predikat, berdasarkan strata
kepenyimbangan (kepala adat). Bagi rumah penyimbang kampong (kepala adat/
kampong/tiyuh/anek) rumah tempat tinggalkepala adat ini disebut Lamban balak,
Lamban lunik bagi rumah penyimbang suku ( bagian dari kampong), penamaan ini
untuk Lampung Pesisir, sedangkan untuk daerah Lampung Pepadun tentunya bernama:
Nowou balak/ lambahan balak.
Sketsa
pembagian/ bagian rumah tradisional
Uraian : 1. Garang hadap
2. lepau/
beranda/penghadap
3. lapang luar
4.lapang lom
5.kamar/bilik anak tuha (anak
sulung)
6.kamar/bilik ayah/ibu(pimpinan rumah)
Dapat menjadi kamar anak tuha bila ia telah
berkeluarga dan orang
tua pindah ke kamar no 7
7. kamar muli ( gadis) dan nenek/ anak-anak
yang kecil ( belum dewasa)
8. tengah resi, bagian sisi kanan dapat
dijadikan kamar kakek dan nenek atau buyut.
9. sudung
10.
geragal/jembatan/jerambah
11. dapor/pawon/sakelak
12. garang kudan (
garang dapur)
13.simpeng/haluan/lebuh
kiri ( bagian muli)
14.simpeng/haluan/lebuh
kanan (bagian meranai)
15. lebuh/
haluan/kudan/juyu
Keterangan:
1.Garang hadap adalahbagian depan sebelah kanan rumah tempat
mula-mula sampai setelah menaiki tangga, di garang ini tempat mencuci kaki atau
meletakkan terompah/bakiak, dan atau peralatan lain yang tidak layak dibawa
masuk rumah.
2.lepau/beranda/pengadap ialah bagian depan rumah
Lebuh
yang disana terdapat kursi/bangku panjang serta meja, sebagian tempat
istirahat,atau tempat menerima tamu dekat dan sanak family yang dekat ( dari
pekon/tiyuh)
3. lapang luar ialah ruangan untuk bermusyawarah; tempat tidur tamu (
dengan memasang tabir dan digelarkan tikar atau kasur)
4.lapang lom: ialah ruang tengah rumah yang dibagi-bagi lagi oleh
kamar-kamar/bilik dan tebelar.
5.tengah resi : ruang musyawarah bagi kaum wanita dan juga tempat
menginapnya tamu wanita.
6. sudung/serudu: bagian rumah selanjutnya, yang dipakai sebagai ruang
makan dan gudang tempat menyimpan beras serta barang pecah balah.
7. geragal/jembatan : bagian
penghubung antara rumah dan dapur, geragal ini memakai atap yang hamper
sama tingginya dengan atap dapur.
8.dapur/pawon: ialah tempat sakelak ( tungku) dan peralatan memasak.
9.garang kudan/dapur: tempat mula-mula tiba di dapur, dari tangan
dapur.
10. kudan/juyu : pekarangan di belakang rumah.
Bentuk-bentuk bagian dan susunan
ruangan yang tertera pada uraian di atas adalah bentuk/ bagian ruangan rumah
yang mewah yang pada umumnya milik penyimbang ( kepala adat) baik ia kepala
kampong ( Penyimbang Pekon) apalagi kalau ia kepala adat marga ( Penyimbang
Marga/penyimbang buay). Mungkin juga milik orang yang berada/ kaya, yaitu orang
biasa yang berhasil dalam usahanya ( biasanya hasil kebun). Orang kaya ini
akhirnya nanti akan mengangkat namanya menjadi kepala adat yang disebut cakak pepadun (istilah Lampung yang beradat
Pepadun dan Lampung bagian barat), angkat nama istilah orang Lampung bagian
Selatan. Sehingga dapatlah ditarik asumsi bahwa apabila kita menemukan sebuah
rumah tradisional yang pembagian ruangan dan bentuk bangunannya seperti
diuraikan dalam sketsa-sketsa di atas, bangunan/rumah itu adalah rumah kepala adat yang disebut lamban
balak/nowou balak.
Wasaalamualikum...
Kelas VII
Assalamualaikum...
Dirumah saja selalu jaga kesehatan, cuci tangan dengan sabun dan jangan lupa beribadah kepada Alloh SWT.
Mengidentifikasi, menelaah dan memahami teks memidoghan sesuai
dengan kaidah- kaidahnya
1.Menyebutkan struktur dan
isi dan manfaat teteduhan/saganingWaktu
bulan bagha sanak- sanak bekumpul di tengebah lamban sambil beguhau, wat sai bepattun, wat sai lagi main
bebedakan, wat munih sai ikkah mejong- mejong mandang bulan bagha. Di tengebah
lamban sai baghih wat munih sekelompok
sanak sai lagi asik bepantun sambil lalang-lalang.
“
Nyak buah- buahan, ghasani metogh, buwokku nayah, ghik waghnaku suluh, api
hayoo...?” tanya Dika jama ketelu ghikni. Sewaktu keghua ghikni ngeghnyitko tagak
, tandani ya lagi bepikir nyepok jawaban sai tepat, Ardan ngejawab, “Buah
ghambutan....!”.”Temon ! “ cawa Dika sambil nepuk-nepuk bahu ghikni. Gantian
Ardan sai besuagha, “Behenap lain iwa, bepayung lain ghaja,sapa sai dapok
neduh, api gelaghni sina?”. “Nyak pandai cawa Doni, Sina jawabni nenas”. “Ya
benogh niku Don...!” . “Ganta gantian nyak“
cawa Doni, “ Menganni sekali
betongni betahun tahun sapa sai dapok neduh api gelaghni sina...?”.ooh...sina
nyak pandai jawabni, Bantal...!”, cawa
Dika. Ghupani tiyan lagi bemain teteduhan.
Anjak
zaman tumbai masyarakat Lampung ghadu ngenal
peghmainan hinji. Peghmainan hinji ghisok digunako delom peghgaulan
sanak sanak, atau muli meghanai.
Teteduhan
iyulah Salah sai bentuk sastra lisan lampung sai berarti teka-teki. Masyarakat Indonesia
umumni ngedok teteduhan hinji, Cuma sebutanni gawoh sai bebeda-beda, misalni
delom masyarakat Jawa teteduhan dikenal
jama istilah cangkriman, lamun delom masyarakat Jawa Barat teteduhan dikenal
jama istilah bebadean. Masyarakat Lampung
juga ngedok bemacam-macam istilah
guai teka-teki , diantaghani di daerah
Kedondong ngenal teteduhan jama istilah saganing, di daerah dikenal
jama istilah sakiman.
Umumni
teka-teki beghupa kalimat sai berisi informasi tentang ciri-ciri jawaban atau
petunjuk umum guai nebak. Selain sina wat juga teka-teki sai beghupa kalimat
sai tesusun beirama gegoh pantun.
Bemain
teteduhan selain sebagai sarana hiburan, masih nayah manfaat sai baghik misalni
ningkatko kreatifitas , ngasah daya ingok, nambah wawasan, ningkatko
silaturahmi ghik dapok juga bemanfaat
bagi pengembangan bahasa ghik budaya Lampung.
Ayo Berlatih! 1.Sebutko istilah teka-teki sai wat
delom masyarakat Lampung !
2. Gohpa cagha ngeguai teteduhan/ saganing?
3. Gohpa bentukni sesikun/
teteduhan/ saganing?
4. Api manfaat main sesikun/
teteduhan/ saganing?
Mengidentifikasi, menelaah dan memahami teks memidoghan sesuai
dengan kaidah- kaidahnya
Waktu
bulan bagha sanak- sanak bekumpul di tengebah lamban sambil beguhau, wat sai bepattun, wat sai lagi main
bebedakan, wat munih sai ikkah mejong- mejong mandang bulan bagha. Di tengebah
lamban sai baghih wat munih sekelompok
sanak sai lagi asik bepantun sambil lalang-lalang.
“
Nyak buah- buahan, ghasani metogh, buwokku nayah, ghik waghnaku suluh, api
hayoo...?” tanya Dika jama ketelu ghikni. Sewaktu keghua ghikni ngeghnyitko tagak
, tandani ya lagi bepikir nyepok jawaban sai tepat, Ardan ngejawab, “Buah
ghambutan....!”.”Temon ! “ cawa Dika sambil nepuk-nepuk bahu ghikni. Gantian
Ardan sai besuagha, “Behenap lain iwa, bepayung lain ghaja,sapa sai dapok
neduh, api gelaghni sina?”. “Nyak pandai cawa Doni, Sina jawabni nenas”. “Ya
benogh niku Don...!” . “Ganta gantian nyak“
cawa Doni, “ Menganni sekali
betongni betahun tahun sapa sai dapok neduh api gelaghni sina...?”.ooh...sina
nyak pandai jawabni, Bantal...!”, cawa
Dika. Ghupani tiyan lagi bemain teteduhan.
Anjak
zaman tumbai masyarakat Lampung ghadu ngenal
peghmainan hinji. Peghmainan hinji ghisok digunako delom peghgaulan
sanak sanak, atau muli meghanai.
Teteduhan
iyulah Salah sai bentuk sastra lisan lampung sai berarti teka-teki. Masyarakat Indonesia
umumni ngedok teteduhan hinji, Cuma sebutanni gawoh sai bebeda-beda, misalni
delom masyarakat Jawa teteduhan dikenal
jama istilah cangkriman, lamun delom masyarakat Jawa Barat teteduhan dikenal
jama istilah bebadean. Masyarakat Lampung
juga ngedok bemacam-macam istilah
guai teka-teki , diantaghani di daerah
Kedondong ngenal teteduhan jama istilah saganing, di daerah dikenal
jama istilah sakiman.
Umumni
teka-teki beghupa kalimat sai berisi informasi tentang ciri-ciri jawaban atau
petunjuk umum guai nebak. Selain sina wat juga teka-teki sai beghupa kalimat
sai tesusun beirama gegoh pantun.
Bemain teteduhan selain sebagai sarana hiburan, masih nayah manfaat sai baghik misalni ningkatko kreatifitas , ngasah daya ingok, nambah wawasan, ningkatko silaturahmi ghik dapok juga bemanfaat bagi pengembangan bahasa ghik budaya Lampung.
2. Gohpa cagha ngeguai teteduhan/ saganing?
3. Gohpa bentukni sesikun/ teteduhan/ saganing?
4. Api manfaat main sesikun/ teteduhan/ saganing?
Tugas kirim ke wa ibu ya. Terimakasih
Wasaalamualikum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar