Bahasa Lampung
Kelas IX
Memfrasekan dan memaknai puisi dengan menggunakan bahasa Lampung yang efektif
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Memfrasekan dan memaknai puisi dengan menggunakan bahasa Lampung yang efektif
Selamat pagi sholeh sholehah! Bagaimana kabarnya hari ini?
Semoga kita selalu dalam keadaan sehat walafiat. Aamiin.
Alhamdulillah hari ini kita bisa bertemu kembali dalam pelajaran Bahasa Lampung.
Silahkan baca materi berikut
Ringget adalah salah satu bentuk sastra lisan Lampung (dialek Abung) yang
sering dipergunakan dalam upacara pelepasan mempelai wanita, pengantar
musyawarah adat atau pelengkap acara cangget.
Ciri-ciri ringget adalah memiliki bait demi bait dan tiap baitnya terdiri
dari empat baris, bersajak a-b-c-d, jumlah bait dala satuan ringget ada kurang
lebih 12 bait. Isi ringget pada umumnya berupa kenangan masa lalu, harapan atau
pesan-pesan yang disampaikan oleh pembaca ringget. Jika ringet digunakan dalam
pelepasan mempelai wanita, pengungkapannya dilakukan sesaat sebelum
keberangkatan.
Contoh Ringget.
Tabik nuppang cerito (maaf numpang berkata)
Sikam pun kilu watteu (Saya mohon waktu)
Unyen gham sai tetengan (Kepada semua yang hadir)
Wawai pik wawai harei (Kesempatan baik hari ini)
Panas kebiyan sino (Hari ini)
Nyak diitarken bidang sukeu (Saya dilepas oleh semua suku)
Lajeu bidang kebuaian (Beserta semua kebuaian)
Anak lunjak patcah ajei (Dari podium kebesaran adat)
Ayah umei metei wo (Ayah Ibu kalian berdua)
Lajeu segalo uppeu (Beserta kakek dan nenek)
Munih apak kemaman (juga paman)
Keminan tutuk mehanei (Bibi, adik, dan kakak)
Sakik setenno ajo (Sakit sebenarnya ini)
Lak puas di atei keu (Belum puas rasanya)
Tahhun lak piho limban (Belum terlalu lama)
Di unggak kepikan metei (Di atas pangkuan kalian)
Mulei di libo ghabo (Gadis di hilir dan di hulu)
Meghanai bidang sukeu (Pemuka seluruhnya)
Ki wat nyapang aturan (Andaikan ada kesalahan)
Nyak mahap jamo metei (Saya mohon maaf kepada kalian)
Iduh kapan gham tunggo (Entah kpan kita berjumpa)
Nyak lapah makko watteu (Saya pergi tidak terbatas waktu)
Pepido siwek rasan (Kita sama-sama disibukkan pekerjaan)
Dibingei, tukuk, debel (Malam, pagi, dan sore)
Adik metei wo tugo (Adikku semua)
Beghadeu iling piseu (Hentikan kebiasaan berkelahi)
Cutcun adat aturan (Junjung adat aturan)
Dang guwai kesel atei (Jangan membuat hati kesal)
Katteu maka nyaman diyo (Siapa tahu)
Wat salah kelereu (Ada salah atau kekeliruan)
Jejamo semahapan (Mari saling memaafkan)
Mahhal igo gham warei (Mahal arti persaudaraan)
Layen kado ulun tano (Umumnya, orang sekarang)
Kak nayah sumang lakeu (Sudah banyak kelakuannya yang aneh)
Nyaman adat aturan (Tidak mengetahui adat aturan)
Cepalo makko lagei (Pamali/ tabu tidak ada lagi)
Begheng timbul cerito (Ketika mendapat aib)
Sango miyanak maleu (Sekeluarga menanggung malu)
Nutukken sai mak keruan (Mengikuti yang tidak senonoh)
Direi mak mak beigo lagei (Harga diri tidak ada lagi)
Kak mittar nyak jo tano (Sekarang asaya sudah mau berangkat)
Labuhan rateu kutujeu (Labuhan ratu yang kutuju)
Nedo pai jamo Tuhan (Memohon kepada Tuhan)
Tagen selamat tiogeh nei (Agar selamat sampai tujuan)
Penano pai tuan (Sampai sekian dulu, paman)
Lajeu di miyanak warei (Beserta semua sanak saudara)
Jejamo semahapan (Mari saling memaafkan)
Sikam lapah permisei (Sata permisi dulu untuk pergi)
contoh melantunkan
Silahkan lantunkan ringget diatas minimal 2 bait dalam bentuk video. jangan lupa absen dan kirimkan hasil kerja kalian ke Wa ibu ya. Terimakasih.
Ringget adalah salah satu bentuk sastra lisan Lampung (dialek Abung) yang
sering dipergunakan dalam upacara pelepasan mempelai wanita, pengantar
musyawarah adat atau pelengkap acara cangget.
Ciri-ciri ringget adalah memiliki bait demi bait dan tiap baitnya terdiri
dari empat baris, bersajak a-b-c-d, jumlah bait dala satuan ringget ada kurang
lebih 12 bait. Isi ringget pada umumnya berupa kenangan masa lalu, harapan atau
pesan-pesan yang disampaikan oleh pembaca ringget. Jika ringet digunakan dalam
pelepasan mempelai wanita, pengungkapannya dilakukan sesaat sebelum
keberangkatan.
Sikam pun kilu watteu (Saya mohon waktu)
Unyen gham sai tetengan (Kepada semua yang hadir)
Wawai pik wawai harei (Kesempatan baik hari ini)
Nyak diitarken bidang sukeu (Saya dilepas oleh semua suku)
Lajeu bidang kebuaian (Beserta semua kebuaian)
Anak lunjak patcah ajei (Dari podium kebesaran adat)
Lajeu segalo uppeu (Beserta kakek dan nenek)
Munih apak kemaman (juga paman)
Keminan tutuk mehanei (Bibi, adik, dan kakak)
Lak puas di atei keu (Belum puas rasanya)
Tahhun lak piho limban (Belum terlalu lama)
Di unggak kepikan metei (Di atas pangkuan kalian)
Meghanai bidang sukeu (Pemuka seluruhnya)
Ki wat nyapang aturan (Andaikan ada kesalahan)
Nyak mahap jamo metei (Saya mohon maaf kepada kalian)
Nyak lapah makko watteu (Saya pergi tidak terbatas waktu)
Pepido siwek rasan (Kita sama-sama disibukkan pekerjaan)
Dibingei, tukuk, debel (Malam, pagi, dan sore)
Beghadeu iling piseu (Hentikan kebiasaan berkelahi)
Cutcun adat aturan (Junjung adat aturan)
Dang guwai kesel atei (Jangan membuat hati kesal)
Wat salah kelereu (Ada salah atau kekeliruan)
Jejamo semahapan (Mari saling memaafkan)
Mahhal igo gham warei (Mahal arti persaudaraan)
Kak nayah sumang lakeu (Sudah banyak kelakuannya yang aneh)
Nyaman adat aturan (Tidak mengetahui adat aturan)
Cepalo makko lagei (Pamali/ tabu tidak ada lagi)
Sango miyanak maleu (Sekeluarga menanggung malu)
Nutukken sai mak keruan (Mengikuti yang tidak senonoh)
Direi mak mak beigo lagei (Harga diri tidak ada lagi)
Labuhan rateu kutujeu (Labuhan ratu yang kutuju)
Nedo pai jamo Tuhan (Memohon kepada Tuhan)
Tagen selamat tiogeh nei (Agar selamat sampai tujuan)
Lajeu di miyanak warei (Beserta semua sanak saudara)
Jejamo semahapan (Mari saling memaafkan)
Sikam lapah permisei (Sata permisi dulu untuk pergi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar