Jenis-Jenis Bangunan
Berbagai jenis bangunan yang bentuk
struktur, fungsi, ragam kias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun
temurun serta dapat dipakai untuk melakukan aktifitas kehidupan dengan
sebaik-baiknya, yang penying diantaranya adalah : 1. Bangunan tempat tinggal,
2. Bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat pemujaan, 3. Bangunan
musyawarah, dan 4. Bangunan menyimpan
bahan makanan pokok ( padi) atau benda-benda pusaka. Bagi masyarakat Lampung
jenis-jenis bangunan tersebut masih dapat dibedakan menurut sifat pemakaian/
penggunaannya. Ada jenis bangunan yang dipakai/digunakan secara tetap/ permanen
sesuai dengan fungsi jenis bangunan itu dan ada pula yang dipakai/digunakan
hanya pada waktu/ keadaan tertentu saja atau bersifat sementara.
Jenis bangunan tempat tinggal yang
digunakan secara permanen/ tetap sesuai dengan fungsinya ada dua macam, yaitu
rumah tempat tinggal untuk orang biasa/ rakyat dan rumah tempat tinggal kepala
adat/ penyimbang. Rumah tempat tinggal untuk rakyat biasa dinamakan
lamban/lambahan/nuwou sedangkan rumah tempat tinggal kepala adat/ penyimbang
dinamakan lamban/nuwou balak, bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat
pemujaan yang digunakan secara tetap sesuai dengan fungsinya yaitu masjid/
mesigit. Jenis bangunan tempat musyawarah tidak ada yang penggunaannya bersifat
sementara.
RUMAH TEMPAT TINGGAL
Nama bangunan ini di Lampung ialah:
Lamban/nuwou/Lambahan, lamban adalah nama yang lebih banyak dipakai oleh orang
Lampung yang bersifat “ Sebatin “ yang juga dikenal dengan sebutan beberapa
kelompok masyarakat Lampung, yaitu Lampung Pesisir. Nowou adalah nama yang
dipegunakan oleh masyarakat Lampung yang beradat “ Pepadun “, sedangkan
lambahan juga dipakai oleh orang Lampung yang beradat Pepadun, tetapi bahasanya
termasuk bahasa/logat Lampung Pesisir, termasuk juga bahasa Komering. Memang
untuk pengertian bangunan itulah nama yang dipakai oleh orang
Lampung(lamban/nowou/lambahan), kemudian pada kedudukannya berdasarkan siapa
yang menghuni rumah ini, ia akan mendapat tambahan predikat, berdasarkan strata
kepenyimbangan (kepala adat). Bagi rumah penyimbang kampong (kepala adat/
kampong/tiyuh/anek) rumah tempat tinggalkepala adat ini disebut Lamban balak,
Lamban lunik bagi rumah penyimbang suku ( bagian dari kampong), penamaan ini
untuk Lampung Pesisir, sedangkan untuk daerah Lampung Pepadun tentunya bernama:
Nowou balak/ lambahan balak.
Sketsa pembagian/ bagian rumah tradisional
Uraian : 1. Garang hadap
2. lepau/
beranda/penghadap
3. lapang luar
4.lapang lom
5.kamar/bilik anak tuha (anak sulung)
6.kamar/bilik ayah/ibu(pimpinan rumah)
Dapat menjadi kamar anak tuha bila ia telah
berkeluarga dan orang
tua pindah ke kamar no
7
7. kamar muli ( gadis) dan nenek/ anak-anak
yang kecil ( belum dewasa)
8. tengah resi, bagian sisi kanan dapat
dijadikan kamar kakek dan nenek atau buyut.
9. sudung
10.
geragal/jembatan/jerambah
11. dapor/pawon/sakelak
12. garang kudan (
garang dapur)
13.simpeng/haluan/lebuh
kiri ( bagian muli)
14.simpeng/haluan/lebuh
kanan (bagian meranai)
15. lebuh/
haluan/kudan/juyu
Keterangan:
1.Garang hadap adalahbagian depan sebelah kanan rumah tempat
mula-mula sampai setelah menaiki tangga, di garang ini tempat mencuci kaki atau
meletakkan terompah/bakiak, dan atau peralatan lain yang tidak layak dibawa
masuk rumah.
2.lepau/beranda/pengadap ialah bagian depan rumah
Lebuh
yang disana terdapat kursi/bangku panjang serta meja, sebagian tempat
istirahat,atau tempat menerima tamu dekat dan sanak family yang dekat ( dari
pekon/tiyuh)
3. lapang luar ialah ruangan untuk bermusyawarah; tempat tidur tamu (
dengan memasang tabir dan digelarkan tikar atau kasur)
4.lapang lom: ialah ruang tengah rumah yang dibagi-bagi lagi oleh
kamar-kamar/bilik dan tebelar.
5.tengah resi : ruang musyawarah bagi kaum wanita dan juga tempat
menginapnya tamu wanita.
6. sudung/serudu: bagian rumah selanjutnya, yang dipakai sebagai ruang
makan dan gudang tempat menyimpan beras serta barang pecah balah.
7. geragal/jembatan : bagian
penghubung antara rumah dan dapur, geragal ini memakai atap yang hamper
sama tingginya dengan atap dapur.
8.dapur/pawon: ialah tempat sakelak ( tungku) dan peralatan memasak.
9.garang kudan/dapur: tempat mula-mula tiba di dapur, dari tangan
dapur.
10. kudan/juyu : pekarangan di belakang rumah.
Bentuk-bentuk bagian dan susunan
ruangan yang tertera pada uraian di atas adalah bentuk/ bagian ruangan rumah
yang mewah yang pada umumnya milik penyimbang ( kepala adat) baik ia kepala
kampong ( Penyimbang Pekon) apalagi kalau ia kepala adat marga ( Penyimbang
Marga/penyimbang buay). Mungkin juga milik orang yang berada/ kaya, yaitu orang
biasa yang berhasil dalam usahanya ( biasanya hasil kebun). Orang kaya ini
akhirnya nanti akan mengangkat namanya menjadi kepala adat yang disebut cakak pepadun (istilah Lampung yang beradat
Pepadun dan Lampung bagian barat), angkat nama istilah orang Lampung bagian
Selatan. Sehingga dapatlah ditarik asumsi bahwa apabila kita menemukan sebuah
rumah tradisional yang pembagian ruangan dan bentuk bangunannya seperti
diuraikan dalam sketsa-sketsa di atas, bangunan/rumah itu adalah rumah kepala adat yang disebut lamban
balak/nowou balak.
Wacana :
Lamban Balak
Dewasa hinji lamban tradisional
sulit nihan ditemuko di unggal tiyuh. Lamban di zaman ganta lamon sai ghadu modern. Bahan
bangunan teguai anjak semen seunyini, ulih sina disebut lamban lepuk. Meskipun
zaman ghadu modern, ki pagun masyarakat sai ghadu mempertahanko lamban
tradisional sina, contohni di daerah Pesisir.
Lamban tradisional sina dikenal ulih
masyarakat Lampung jama istilah Lamban balak. Lamban balak sina bebeda jama
lamban biasa. Pebedaanni bedasaghko sai tinggal dilom lamban sina iyulah lamen
lamban biasa sai tinggal masyarakat biasa sedangko lamban balak sai tinggal
penyimbang adat.
Bentuk lamban balak panggung ghanggal, jama atap limas melintang
atau membujur. Beijan cakak kembagh atau tunggal jama seghambi muka ghik selalu
wat ijan cakak pada seghambi juyu.
Lamen ngeliyak bahan pembuatanni
lamban sina teguai anjak suluh, batu bata, genteng ,ghik semen. Ijan muka teghguai
jak suluh ghik papan sai kuat atau jak batu/ batu sai disemen jama ubin atau
marmer.
Lamban balak sina teghkesan bebeda jama lamban-lamban sai baghih. Sehingga sai tinggal lamban sina sumang hulun sai berada/kaya. Bagian-bagian lamban sina iyulah
1.Garang hadap
2. lepau
3. lapanh luar
4. lapang lom
5. kamar/bilik anak
6. kamar/bilik ayah
7. kamar muli
8.
tengah resi
9. sudung
10.geragal
11. pawon
12.garang kudan
13. simpeng/lebuh kiri
14. simpeng/ lebuh kanan
15. kudan/ juyu
Lamban tradisional sina musti dilestaghiko, meskipun zaman modern sinji lamon lamban sai nutuk model jak luar negeri, kidang gham musti besyukur pagun wat masyarakat Lampung sai mempertahanko lamban tradisional khusuni lamban balak.
Wacana
ghik alih bahasa Ina Ai
Nuwou Lepuk
Di zaman modern ejo, ngeguwai pola
pikigh masyarakat guwai nutuki perkembangan zaman sai semakin berkembang.
Perkembangan ejo keliwat dirasako oleh penduduk asli Lappung. Kebudayaan
masyarakat Lappung sai dijaga hingga tano bertujuan guwai ngejaga pelestarian
budaya daerah supaya makwat punah dan tentu gawoh ngejadi kebanggan daerah,
salah saino iyulah nuwou adat sai pagun dipertahanko oleh sebagian masyarakat
asli Lappung.
Seturut perkembangan zaman, nuwou
pok tinggal bagi masyarakat asli Lappung mulai bergeser jamo model nuwou sai
didiami oleh masyarakat Lampung jamo umumno. Hal ejo ternah anjak masyarakat
Lappung sai mulai ngebangun gedung semi permanen.
Sejak masa selakkung perang dunia
kewo nuwou-nuwou di zaman tano nayah didighiko oleh masyarakat Lappung, nuwou
tersebut dikenal oleh masyarakat Lappung jamo istilah Nuwou Lepuk. Bangunan
nuwou eno berukuran 8 x 12 m dan terdapok bughi dapugh di bagian bughi atau
samping. Nuwou eno makwat ngegunako tiang, diguwai secara semi permanen, dindingno
setengah bata dan papan atau jamo semen seunyinno.
Struktur pembidangan nuwou sebagai berikut:
1. ngegunako
beghanda bughi,
2. ruang tengah,
3.kamar tidur,
4.beghanda
bagian bughi atau beghanda pok pertemuan muli dan meghanai,
5.dapugh.
Dilom ngedighiko nuwou pagun nayah
dilakuko oleh masyarakat guwai ngeguwai sedekahan selamatan dan pemasangan sesajian,
hal ejo dimaksudko supayo nuwou tersebut dapok ngeneiko keselamatan dan kedamaian bagi penghunino.
Wacana
ghik alih bahasa Ina Ai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar