B. Lampung kelas IX
Dirumah saja selalu jaga kesehatan, cuci tangan dengan sabun dan jangan lupa beribadah kepada Alloh SWT.
Memahami ungkapan (idiom, peribahasa)
IDIOM
Kata kiasan adalah
kata-kata yang berbunga-bunga, bukan dalam arti kata yang sebenarnya; kata
kiasan dipakai untuk memberi rasa keindahan dan penekanan pada pentingnya hal
yang disampaikan. Misalnya, "Cita-citanya setinggi langit," juga,
"Wajahnya bagaikan rembulan."
Kata kiasan sering
dapat ditemukan pada nyanyian-nyanyian, puisi-puisi, dan karya-karya tulis
lama. Dalam bahasa Lampung juga terdapat kata-kata kiasan yang kerap digunakan
untu satra lisan, percakapan sehari-hari, sindiran, ataupun nasehat.
Berikut kata-kata
kiasan dalam bahasa Lampung dialek A
Ampang Kukut (Ringan
pergi ke mana-mana)
Ampang Pungu (Ringan tangan, rajin, tidak malas)
Balak Hati (Besar
hati, bangga)
Bibekh Punyawa (Tutur bahasa, tutur kata)
Bibekh Tuha (Berbicara seperti orang tua)
Biyak Injak (Malas bekerja/berusaha)
Biyak Suyut (Malas bekerja/berusaha)
Budi Siyut (Mau enak sendiri)
Buyuk Hati (Iri dengki)
Cadang Hati
(Kecewa)
Cakhom Khagom (Bersama-sama, kompak)
Cingak Khilong (Tengok ke kanan kiri)
Cutang Bekhano (Acak-acakan)
Cuweh Hati (Agak kecewa)
Daweh Matting
(Siang bolong)
Dedak Lahhak (Basah kuyup)
Khedik Sekelik (Sanak saudara, handai taulan)
Khiyap Nyekanap (Bertebaran banyak sekali)
Khugus Khattas (Koyak banyak sekali)
Gigekh Linggekh (Sangat gempar, gegap gempita)
Hanning Kecis
(Sunyi senyap)
Ikhak Tadai
(Kemauan, keinginan)
Ijah Pilih (Kemauan melakukan sesuatu, obesesi)
Jahat Hati (Jelek
pemikiran)
Jukik Balik (Jungkir balik)
Kamak Pungu (Suka
mencuri)
Kamat Kimut (Komat Kamit)
Kedol Pudak (Ttidak punya rasa malu)
Kedol Cuping (Bendel, tidak mendengar nasehat)
Kekhabang Cukhang (Anyam-anyaman)
Kesol Hati (Kesal hati, kecewa)
Kimbang Gasik (Berlagak pintar)
Kuca Bekhena (Berantakan)
Kukhan Khasan (Kurang kerjaan, suka iseng)
Kuttol Kumol (Kusut masai)
Lamon Lasan (Sibuk
pekerjaan)
Lamon Laku (Banyak tingkah)
Lattih Kelunyih (Banyak bicara tidak berguna)
Lawang Bangkai (Penyakit ayan)
Lawang Kukhi (Gapura)
Limpah khuwah berlimpah ruah
Lunik Hati (Kecil hati, kecewa)
Luttam Kelayam (Hiruk pikuk)
Manom cekap (Gelap
gulita)
Mata Bala (Sering mengganggu wanita)
Mata Bayuk (Mata keranjang)
Muyanak Puakhi (Sanak saudara)
Ngadok Pudak (Cari
perhatian)
Ngegasakhko Dada (Berusaha bersusah payah)
Ngekhanop Ngekhutung (Nampak tidak rapi)
Ngukhut Dada (Menahan kesal, mengurut dada)
Nyekhilak Nyekhecau (Bergemerlapan)
Pegong Dada
(Berpendirian keras)
Pudak Khinai (Tidak punya malu, peminta-minta)
Pudak Mengan (Maunya makan terus)
Pupong Bandong (Kekeluargaan lengkap)
Sakik Hati (Sakit
hati)
Suluh Mata (Suka marah, iri dengki)
Temu Tundun
(Pendapat berbeda, tidak sejalan)
Ugai Cambai
(Sekapur sirih)
Utok Ukhang (Sangat bodoh, otak udang)
Wewah Hati (Baik
hati)
Wewah Pudak (Peramah)
IDIOM
Kata kiasan adalah
kata-kata yang berbunga-bunga, bukan dalam arti kata yang sebenarnya; kata
kiasan dipakai untuk memberi rasa keindahan dan penekanan pada pentingnya hal
yang disampaikan. Misalnya, "Cita-citanya setinggi langit," juga,
"Wajahnya bagaikan rembulan."
Kata kiasan sering
dapat ditemukan pada nyanyian-nyanyian, puisi-puisi, dan karya-karya tulis
lama. Dalam bahasa Lampung juga terdapat kata-kata kiasan yang kerap digunakan
untu satra lisan, percakapan sehari-hari, sindiran, ataupun nasehat.
Berikut kata-kata
kiasan dalam bahasa Lampung dialek A
Ampang Kukut (Ringan
pergi ke mana-mana)
Ampang Pungu (Ringan tangan, rajin, tidak malas)
Balak Hati (Besar
hati, bangga)
Bibekh Punyawa (Tutur bahasa, tutur kata)
Bibekh Tuha (Berbicara seperti orang tua)
Biyak Injak (Malas bekerja/berusaha)
Biyak Suyut (Malas bekerja/berusaha)
Budi Siyut (Mau enak sendiri)
Buyuk Hati (Iri dengki)
Cadang Hati
(Kecewa)
Cakhom Khagom (Bersama-sama, kompak)
Cingak Khilong (Tengok ke kanan kiri)
Cutang Bekhano (Acak-acakan)
Cuweh Hati (Agak kecewa)
Daweh Matting
(Siang bolong)
Dedak Lahhak (Basah kuyup)
Khedik Sekelik (Sanak saudara, handai taulan)
Khiyap Nyekanap (Bertebaran banyak sekali)
Khugus Khattas (Koyak banyak sekali)
Gigekh Linggekh (Sangat gempar, gegap gempita)
Hanning Kecis
(Sunyi senyap)
Ikhak Tadai
(Kemauan, keinginan)
Ijah Pilih (Kemauan melakukan sesuatu, obesesi)
Jahat Hati (Jelek
pemikiran)
Jukik Balik (Jungkir balik)
Kamak Pungu (Suka
mencuri)
Kamat Kimut (Komat Kamit)
Kedol Pudak (Ttidak punya rasa malu)
Kedol Cuping (Bendel, tidak mendengar nasehat)
Kekhabang Cukhang (Anyam-anyaman)
Kesol Hati (Kesal hati, kecewa)
Kimbang Gasik (Berlagak pintar)
Kuca Bekhena (Berantakan)
Kukhan Khasan (Kurang kerjaan, suka iseng)
Kuttol Kumol (Kusut masai)
Lamon Lasan (Sibuk
pekerjaan)
Lamon Laku (Banyak tingkah)
Lattih Kelunyih (Banyak bicara tidak berguna)
Lawang Bangkai (Penyakit ayan)
Lawang Kukhi (Gapura)
Limpah khuwah berlimpah ruah
Lunik Hati (Kecil hati, kecewa)
Luttam Kelayam (Hiruk pikuk)
Manom cekap (Gelap
gulita)
Mata Bala (Sering mengganggu wanita)
Mata Bayuk (Mata keranjang)
Muyanak Puakhi (Sanak saudara)
Ngadok Pudak (Cari
perhatian)
Ngegasakhko Dada (Berusaha bersusah payah)
Ngekhanop Ngekhutung (Nampak tidak rapi)
Ngukhut Dada (Menahan kesal, mengurut dada)
Nyekhilak Nyekhecau (Bergemerlapan)
Pegong Dada
(Berpendirian keras)
Pudak Khinai (Tidak punya malu, peminta-minta)
Pudak Mengan (Maunya makan terus)
Pupong Bandong (Kekeluargaan lengkap)
Sakik Hati (Sakit
hati)
Suluh Mata (Suka marah, iri dengki)
Temu Tundun
(Pendapat berbeda, tidak sejalan)
Ugai Cambai
(Sekapur sirih)
Utok Ukhang (Sangat bodoh, otak udang)
Wewah Hati (Baik
hati)
Wewah Pudak (Peramah)
PRIBAHASA
Pribahasa adalah kalimat-kalimat ringkas, padat yang berisi perbandingan
perumpamaan, nasehat , prinsip hidup dan aturan tingkah laku.
Biasanya pribahasa mempunyai arti khusus atau kias. Adapun makna tersirat
yang terdapat dalam sebuah peribahasa yaitu berkaitan dengan sikap dan
perlakuan manusia yang digambarkan dengan berbagai situasi misalnya dengan
sikap dan perlakuan manusia.
Atau digambarkan dengan berbagai situasi yang berkaitan dengan alam
sekeliling seperti benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan dengan tujuan untuk
pengajaran atau teguran dengan cara yang sopan dan halus.
Penggunaan bahasa dalam sebuah pribahasa biasanya menggunakan bahasa yang baku, sangat berbeda dengan penggunaan bahasa pada pantun nasehat, pantun jenaka maupun pantun cinta.
Berikut ini merupakan peribahasa dalam bahasa lampung beserta Maknanya.
>Besai Wayah Ngelilik Galah, Besi Lakew Ngelilik Ulew.
Maknanya:
banyak tingkah ngelilit leher, banyak berperilaku yang berlebihan ngelilit
kepala.
>Ibung mak jaweh jak ghuppun.
Maknanya:Kelakuan anak biasanya tak jauh dari kelakuan orang tuanya.
>Dikedo Way Sai Butek, Disan Sai Nayah Punyew.
Maknanya:dimana air (sungai) yang sangat keruh, disana yang banyak ikan.
>Dikedpo biduk disan biduk tenimbo.
Maknanya :Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung
>Way Bulek Jalo Basah, Keranjang Mulang Bakkang.
Maknanya :pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sia-sia akan bertambah sengsara.
>Bateu cappak dilatak.
Maknanya :Sesuatu yang hilang tidak akan kembali lagi
Wat Sakai, Wat Munih Sambayan.
Maknanya :ada tolong menolong, ada pula gotong royong.
>Segalo Rasan Mak Tunai
Maknanya :setiap pekerjaan tidak mudah.
>Kacak matei mandi ghah, jak ughik keno jajah.
Maknanya :Tidak mau hidup berada di bawah belenggu.
>Nyow ubah manuk pebalai.
Maknanya :Kalau sudah jadi sifatnya, kan sulit untuk diubah.
>Paghek daging mak nyisikMaknanya :Ada rejeki namun disia-siakan.
>Ngatet wai takeu bayuk
Maknanya : Walaupun susah payah tetapi pekerjaan akan sia-sia
>Ngebidei kambing mandei
Maknanya : Memaksa orang yang berpendirian keras
>Ninjuk kegho lalat aghei
Maknanya : Berusaha mendapat keuntungan, apa daya hanya dapat rugi
>Nungguk apui lem taneh, pagun kenahhan asek
Maknanya : Sedalam apapun menyimpan rahasia, tetap akan tercium juga
>Yow ghadeu teberek direndemken munih
Maknanya : Orang yang sedang mendapat musibah malah disakiti
>Akik pakkal no mak metegh
Maknanya : Anak yang tua saja tidak berhasil, apalagi yang bungsu
>Nyappakken seghek dilem ulek
Maknanya : Membuang sebuah harapan
>Nyeccehken uyah diujan
Maknanya : Menceritakan aib keluarga sendiri
>Gegeh nilingken wai
Maknanya : Lancar sekali
>Geggeh nyepok gagagh
Maknanya : Menyembunyikan benda yang tidak bisa diam
>Gelik wai gelik asahan, sekin mak munih tajem
Maknanya : Habis semua usaha tetapi sia-sia
>Kacak matei mandi ghah, jak ughik keno jajah
Maknanya :Tidak mau hidup berada di bawah belenggu
>Kapak nelen beliungMaknanya : Yang disusul tak muncul, yang menyusul ikut hilang
>Kusuk benang jukken di mulei, kussuk umungan jukken di perwatin
Maknanya : Memberikan pekerjaan sesuai dengan bidangnya
>Mak pateh lamun lemeh, mak pegat lamun kendur
Maknanya : Jangan mengumbar keberanian suatu saat ketemu dengan yang lebih dari kita
>Mighak semeu babak muppeh appin mak nganak
Maknanya : Berlagak seperti a mampu, padahal tidak
>Naghik ghilang salah julak
Maknanya : Melaksanakan sesuatu dengan tidak semestinya
>Nawai buho nangui
Maknanya : Memberitahu sesuatu kepada orang yang memang sudah tahu
>Nekan setelan utah setekung
Maknanya : Mendapat untung sedikit, giliran rugi banyak sekali
>Nettek culuk diunggak lukkung
Maknanya : Serba salah dalam mengambil keputusan
>Situho malah cawo, sai sanak malah kiwak
Maknanya : Saling menyadari posisi masing-masing
>Tuho di ughak pahgo
Maknanya : Orang yang lebih tua tetapi tidak mau mengalah
>Nyessak kuteu dilem sabuk
Maknanya : Perbuatan yang sia-sia
>Nyo ubah sesam gaghak
Maknanya : Sabar menunggu perubahan, namun perubahan tak kunjung tiba
>Nyow ubah manuk pebalai
Maknanya : Kalau sudah jadi sifatnya, kan sulit untuk diubah
>Paghek daging mak nyisik
Maknanya : Ada rejeki namun disia-siakan
>Pakkak No tuan lebai cadang pai mangei wawai
Maknanya : Untuk berhasil biasanya harus berkorban dahulu
>Rajo mengan benaso aghuk keno puluk
Maknanya : Lain yang dapat enak, lain lagi yang dapat susah
>Bateu cappak dilatak
Maknanya : Sesuatu yang hilang tidak akan kembali lagi
>Dikedo biduk disan biduk tenimbo
Maknanya : Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung
>Gegegh apui mengan wek
Maknanya : Menggerogoti tetapi terlihat
>Gegegh wai diunggak bulung teles
Maknanya : Sulit untuk diatur
>Gegeh aseu/kuyuk jamo kucing
Maknanya : Tidak pernah dapat akur
B. Lampung kelas VIII
Dirumah saja selalu jaga kesehatan, cuci tangan dengan sabun dan jangan lupa beribadah kepada Alloh SWT.
Adek ghik Amai Adek anjak Lebbu
Adok sai ragah :
Amaini Amai Pangighan
Adokni :
Pengighan Bangsa Ghaja
Pepaccogh/wawancan
1) Pengighan Bangsa Raja 5)
api lagi zaman ganta
Cecumbu anjak lebbu ilmu
betambah maju
Ngelama di Jaga Baya sapa
sai mak ngelinga
Ngelebbu di Labuhan Ratu ia
tinggal mapah dagu
2) Tegosni cawa sa 6)
tebitta di agama
Dang nikgu ghagu-ghagu sembahyang
lima waktu
Anjak lebbu tigoh kelama ghena
munih puasa
Asal usulni tattu keghjako
kuti selalu
3) Tengisko cawa sa 7)
sina tanda gham beagama
Panggoh sikam di niku mak
cuma ngaku-ngaku
Kekalau ia wat guna sebab
mak ngedok guna
Di kuti anak uppu ki
hangngas kak di dagu
4) Dang mak nemon bekeghja 8)
cukup pai antak ija
Dang besai ini itu panggoh
sikam diniku
Disiplin sai utama mahhap
pun ngalimpugha
Dang lalai jama wattu kattu
wat cawa teliyu
Sumber
: A. Effendi Sanusi
Jangan lupa diawal video sebutkan nama dan kelas 💪
B. Lampung kelas VII
Dirumah saja selalu jaga kesehatan, cuci tangan dengan sabun dan jangan lupa beribadah kepada Alloh SWT.
Memahami teks bubalahan
Pagi sina semakung bel, di kelas 7E wat telu anak suku asli Lampung, tiyan
ampai gawoh betungga di kelasni, tiyan makung pandai ghik makung kenal sapa
tiyan sina. Ganta ji dengiko tiyan lagi bebalahan.
Arman anak anjak pekon Gayam Penengahan Kalianda kabupaten Lampung Selatan,
naghik culukni Budi.
Arman : ” Asalamuallaikum wr.wb. (tiyan besalaman), Tabik
pun...hai dapok kudo nyak kenal jama niku?”
Budi - ’ Ya ..pun,
dapok gawoh”
Arman : ”Sapa gelaghmu?”
Budi : ” Gelaghku Budi Ardani, niku sapa gelaghmu?”
Arman : ” gelaghku Arman, dipa lambanmu?”
Budi : ” Lambanku di Bandar Lampung di Asrama
Rindo, asalku anjak kelurahan Penengahan kota Bandar Lampung, ghedik jama rumah
sakit Abdul Muluk, o ya lambanmu di pa?”
Arman :” Lambanku di Gayam Palas Penengahan Lampung Selatan,
ghedik makam Radin Intan II Pahlawan Lampung. Di Bandar Lampung ganta nyak
tinggal di lamban adinku di Kota Baru”
Budi : ” Mahap pun, ji sapa jak jeno ngedengiko bebalahan
gham”
Arman :” O... ya mahap nyak sappai lupa, ji Rudin, tanginaku ia
anjak Merak Batin Lampung Selatan ghedik jama Bandara Lampung Radin Intan II”
di Beranti kira-kira lebih kurang 200 meter, jak lamban keminanku di san”
Budi : ” O... ya ..
niku kelas pigha ?”
Arman - ’ Nyak kelas 7A, wah ki nyak ngeliyakmu, nyak ingok
jama adinku, niku gegoh jama ya.”
Rudin :’ Puunn.... Bang Budi Ikam rudin senong kenalan
jama puskam, ikam haga mejong pai yu di bah batang lemasa, ikam palai”
Budi : Ya.. ya silahko, o ya Arman, lapah mit sekulah cakak
api?
Nyak lapah sekulah cakak mubil, lambanku jawoh jak lambanku, niku
cakaka api?”
Budi : ” Nyak mit sekulah cakak sepida, bangik munih kudo
sandalih ngeliyak lingkungan seitar gham”
Arman ” Ya ghadu sampai di ja ya sina bu bel kakbebunyi”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar