IX A
PIIL
PESENGGIRI
Falsafah hughik masyarakat lappung dikenal jama istilah
piil pesengiri.Masyarakat lappung dilom pergaulanni diatur dilom hukum adat.
Hukum adat masyarakat lappung ditinjau anjak sifatni wat telu sifat,yakdo:
1. adat ketara (adat baku sepeti bentuk asal)
2. adat keterem:hasil rundingan guai ngunut penyelesaian
dilom bentuk pengesahan
3. adat perattei: gegoh jadi adat,anying sebenoghni Cuma
kebiasaan gawoh.
Ditinjau anjak proses pembentukanni ghik tujuan
diwatkonni, wat 3 macom adat:
1. Adat
cepalo
2. Adat
ngejuk ngakuk
3. Adat
kebumian
Adat
cepalo betujuan ngedidik ghik ngebina warga tagan selalu bewatak wawai ghik
benogh, ngehendaki kebajikan dilom budi pekerti, tutur bahasa, ghik sai
baghihni, demikian sina disebut jama piil pesenggiri.
Piil pesenggiri dapok dijabarko jadi bagian-bagian sai
saling bekaitan jama kehughikan masyarakat, ngeliputi:
1. Bejuluk
beadek (berpanggilan bergelar):
Dilom bejuluk beadok/beadek nuntut gham
ngedok kehaghusan beahlak tepuji, bejiwa balak,berkepribadian mantap,
betanggung jawab, dapok ngelaksanako kewajiban secagha individu,tehadep dighi
sayan,keluarga,masyarakat ghik selaku hamba Allah.
2. Nemui nyimah:
3. Sakai sambayan:
4. Nengah nyappur:
EMPAT PILAR PENYANGGA MASYARAKAT
LAMPUNG
Pilar
pertama NemuiNyimah,terdiri
dari dua kata . kata nemui yang
berarti tamu dan nyimah yang berasal dari kata simah yang berati santun .
masalah “ tamu” atau “pertemuan” dimaksudkan sebagai eksistensi seseorang
.orang dikatakan berhasil , jika sanggup menjadi tamu yang baik atau bisa
menjadi tuan rumah yang bisa menerima tamu.
Apapun
posisinya baik sebagai tamu maupun tuan rumah ,maka yang menjadi ukurannya
adalah “simah” yang berarti santun .jadi sikap santun menjadi eksistensi
seseorang dalam komunitas masyarakat lampung.kesantunan seseorang itu bisa
dalam bentuk perilaku , tutur kata , dan juga dalam bentuk benda .jadi orang
bisa dikatakan santun jika bisa berlaku produktif.
Istilah ini
juga mengandung makna keterbukaan terhadap seluruh masyarakat pada siapapun
yang menjalin hubungan .tindakan ini merupakan penerapan dari prinsip membina
tali silaturahmi baik terhadap generasi sebelumnya maupun generasi sekarang dan
generasi yang akan datang .
Pilar kedua Nengah
dan nyappur,terdiri dari dua
kata yaitu, kata Nengah dan Nyappur .kata nengah memiliki tiga arti
yaitu: kerja keras,berketerampilan,dan bertanding.tetapi dalam hal ini haruslah
”nyappur “ yang berarti tenggang rasa
.
Baik Kerja
Keras ,berketerampilan ,dan bertanding ketiganya memiliki nuansa persaingan
,kerja keras dalam mencari sebanyak-banyak nyabertanding atau berkompetisi
untuk menampilkan sesuatu yang terbaik dan bertanding untuk menentukan sipa
yang terbaik.oleh karena itu yang di tuntut dalam “nengah nyappur “adalah
kompetitif.
Nengah
nyappur ini juga merupakan salah satu upaya masyarakat lampung untuk membekali
diri baik dari sisi intelektual maupun spiritual ,sehingga memiliki kemampuan
dalam mengorganisir isi alam untuk kemudian dimanfaat kan secara optimal bagi
kemakmuran masyarakat.
Pilar ketiga
, Sakai
Sembaian , terdiri dari dua kata yaitu sakai dan sembaian .kata
sakai berasal dari kata akai yang
artinya terbuka dan bisa menerima sesuatu yang datangnya dari luar .sedangkan sambaian atau sumbai ( utusan ) yang
berarti memberi .dengan kata lain sakai
sambaian adalah sikap kooperatif atau gotong royong.
Pilar
keempat, Bejuluk Beadek ,berasal
dari juluk adek terdiri dari dua kata
yaitu juluk ,adalah nama baru ketika
seseorang mampu menancapkan cita-citanya .sedangkan adek adalah gelar atau nama
baru yang yang diberikan ketika cita-citanya itu telah tercapai.
Pemberian
nama itu melalui acara seghak sepei untuk juluk,dan upacara mepadun untuk adek
. bejuluk beadek juga merupakan salah satu sikap dari masyarakat lampung yang
mencerminkan pada kerendahan hati dan
kebesaran jiwa untuk saling menghormati baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat.
Itulah pilar
utama filosofi orang lampung yang didasari oleh Piil Pesenggiri atau
harga diri yang berperinsip agar orang lampung memiliki eksistensi.
Sumber : buku piil pesenggiri ,etos dan semangat kelampungan,karya
Christian Heru Cahyo Saputro.
Soal
1. Sebutko
makna anjak piil pesenggiri!
2. Pengertian
anjak bejuluk beadok iyulah ?
3. Sebutko
makna anjak nemui nyimah!
4. Sai
dimaksud jama sakai sambayan iyulah?
5. Nengah nyappur iyulah?
Lampung
VIII B
Jenis-Jenis
Bangunan
Berbagai jenis bangunan yang bentuk
struktur, fungsi, ragam kias dan cara pembuatannya diwariskan secara turun
temurun serta dapat dipakai untuk melakukan aktifitas kehidupan dengan
sebaik-baiknya, yang penying diantaranya adalah : 1. Bangunan tempat tinggal,
2. Bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat pemujaan, 3. Bangunan
musyawarah, dan 4. Bangunan menyimpan
bahan makanan pokok ( padi) atau benda-benda pusaka. Bagi masyarakat Lampung
jenis-jenis bangunan tersebut masih dapat dibedakan menurut sifat pemakaian/
penggunaannya. Ada jenis bangunan yang dipakai/digunakan secara tetap/ permanen
sesuai dengan fungsi jenis bangunan itu dan ada pula yang dipakai/digunakan
hanya pada waktu/ keadaan tertentu saja atau bersifat sementara.
Jenis bangunan tempat tinggal yang
digunakan secara permanen/ tetap sesuai dengan fungsinya ada dua macam, yaitu
rumah tempat tinggal untuk orang biasa/ rakyat dan rumah tempat tinggal kepala
adat/ penyimbang. Rumah tempat tinggal untuk rakyat biasa dinamakan
lamban/lambahan/nuwou sedangkan rumah tempat tinggal kepala adat/ penyimbang
dinamakan lamban/nuwou balak, bangunan tempat melakukan ibadah atau tempat
pemujaan yang digunakan secara tetap sesuai dengan fungsinya yaitu masjid/
mesigit. Jenis bangunan tempat musyawarah tidak ada yang penggunaannya bersifat
sementara.
RUMAH
TEMPAT TINGGAL
Nama bangunan ini di Lampung ialah:
Lamban/nuwou/Lambahan, lamban adalah nama yang lebih banyak dipakai oleh orang
Lampung yang bersifat “ Sebatin “ yang juga dikenal dengan sebutan beberapa
kelompok masyarakat Lampung, yaitu Lampung Pesisir. Nowou adalah nama yang
dipegunakan oleh masyarakat Lampung yang beradat “ Pepadun “, sedangkan
lambahan juga dipakai oleh orang Lampung yang beradat Pepadun, tetapi bahasanya
termasuk bahasa/logat Lampung Pesisir, termasuk juga bahasa Komering. Memang
untuk pengertian bangunan itulah nama yang dipakai oleh orang
Lampung(lamban/nowou/lambahan), kemudian pada kedudukannya berdasarkan siapa
yang menghuni rumah ini, ia akan mendapat tambahan predikat, berdasarkan strata
kepenyimbangan (kepala adat). Bagi rumah penyimbang kampong (kepala adat/
kampong/tiyuh/anek) rumah tempat tinggalkepala adat ini disebut Lamban balak,
Lamban lunik bagi rumah penyimbang suku ( bagian dari kampong), penamaan ini
untuk Lampung Pesisir, sedangkan untuk daerah Lampung Pepadun tentunya bernama:
Nowou balak/ lambahan balak.
Sketsa
pembagian/ bagian rumah tradisional
Uraian : 1. Garang hadap
Uraian : 1. Garang hadap
2. lepau/
beranda/penghadap
3. lapang luar
4.lapang lom
5.kamar/bilik anak tuha (anak
sulung)
6.kamar/bilik ayah/ibu(pimpinan rumah)
Dapat menjadi kamar anak tuha bila ia telah
berkeluarga dan orang tua
pindah ke kamar no 7
7. kamar muli ( gadis) dan nenek/ anak-anak
yang kecil ( belum dewasa)
8. tengah resi, bagian sisi kanan dapat
dijadikan kamar kakek dan nenek atau buyut.
9. sudung
10.
geragal/jembatan/jerambah
11. dapor/pawon/sakelak
12. garang kudan (
garang dapur)
13.simpeng/haluan/lebuh
kiri ( bagian muli)
14.simpeng/haluan/lebuh
kanan (bagian meranai)
15. lebuh/
haluan/kudan/juyu
Keterangan:
1.Garang hadap adalahbagian depan sebelah kanan rumah tempat
mula-mula sampai setelah menaiki tangga, di garang ini tempat mencuci kaki atau
meletakkan terompah/bakiak, dan atau peralatan lain yang tidak layak dibawa
masuk rumah.
2.lepau/beranda/pengadap ialah bagian depan rumah
Lebuh
yang disana terdapat kursi/bangku panjang serta meja, sebagian tempat
istirahat,atau tempat menerima tamu dekat dan sanak family yang dekat ( dari
pekon/tiyuh)
3. lapang luar ialah ruangan untuk bermusyawarah; tempat tidur tamu (
dengan memasang tabir dan digelarkan tikar atau kasur)
4.lapang lom: ialah ruang tengah rumah yang dibagi-bagi lagi oleh
kamar-kamar/bilik dan tebelar.
5.tengah resi : ruang musyawarah bagi kaum wanita dan juga tempat
menginapnya tamu wanita.
6. sudung/serudu: bagian rumah selanjutnya, yang dipakai sebagai ruang
makan dan gudang tempat menyimpan beras serta barang pecah balah.
7. geragal/jembatan : bagian
penghubung antara rumah dan dapur, geragal ini memakai atap yang hamper
sama tingginya dengan atap dapur.
8.dapur/pawon: ialah tempat sakelak ( tungku) dan peralatan memasak.
9.garang kudan/dapur: tempat mula-mula tiba di dapur, dari tangan
dapur.
10. kudan/juyu : pekarangan di belakang rumah.
Bentuk-bentuk bagian dan susunan
ruangan yang tertera pada uraian di atas adalah bentuk/ bagian ruangan rumah
yang mewah yang pada umumnya milik penyimbang ( kepala adat) baik ia kepala
kampong ( Penyimbang Pekon) apalagi kalau ia kepala adat marga ( Penyimbang
Marga/penyimbang buay). Mungkin juga milik orang yang berada/ kaya, yaitu orang
biasa yang berhasil dalam usahanya ( biasanya hasil kebun). Orang kaya ini
akhirnya nanti akan mengangkat namanya menjadi kepala adat yang disebut cakak pepadun (istilah Lampung yang beradat
Pepadun dan Lampung bagian barat), angkat nama istilah orang Lampung bagian
Selatan. Sehingga dapatlah ditarik asumsi bahwa apabila kita menemukan sebuah
rumah tradisional yang pembagian ruangan dan bentuk bangunannya seperti
diuraikan dalam sketsa-sketsa di atas, bangunan/rumah itu adalah rumah kepala adat yang disebut lamban
balak/nowou balak.
Wacana :
Lamban Balak
Dewasa hinji lamban tradisional
sulit nihan ditemuko di unggal tiyuh. Lamban di zaman ganta lamon sai ghadu modern. Bahan
bangunan teguai anjak semen seunyini, ulih sina disebut lamban lepuk. Meskipun
zaman ghadu modern, ki pagun masyarakat sai ghadu mempertahanko lamban
tradisional sina, contohni di daerah Pesisir.
Lamban tradisional sina dikenal ulih
masyarakat Lampung jama istilah Lamban balak. Lamban balak sina bebeda jama
lamban biasa. Pebedaanni bedasaghko sai tinggal dilom lamban sina iyulah lamen
lamban biasa sai tinggal masyarakat biasa sedangko lamban balak sai tinggal
penyimbang adat.
Bentuk lamban balak panggung ghanggal, jama atap limas melintang
atau membujur. Beijan cakak kembagh atau tunggal jama seghambi muka ghik selalu
wat ijan cakak pada seghambi juyu.
Lamen ngeliyak bahan pembuatanni
lamban sina teguai anjak suluh, batu bata, genteng ,ghik semen. Ijan muka teghguai
jak suluh ghik papan sai kuat atau jak batu/ batu sai disemen jama ubin atau
marmer.
Lamban balak sina teghkesan bebeda
jama lamban-lamban sai baghih. Sehingga sai tinggal lamban sina sumang hulun sai berada/kaya.
Bagian-bagian lamban sina iyulah:
1.Garang hadap
2. lepau
3. lapanh luar
4. lapang lom
5. kamar/bilik anak
6. kamar/bilik ayah
7. kamar muli
8.
tengah resi
9. sudung
10.geragal
11. pawon
12.garang kudan
13. simpeng/lebuh kiri
14. simpeng/ lebuh kanan
15. kudan/ juyu
Lamban tradisional sina musti
dilestaghiko, meskipun zaman modern sinji lamon lamban sai nutuk model jak luar
negeri, kidang gham musti besyukur pagun wat masyarakat Lampung sai
mempertahanko lamban tradisional khusuni lamban balak.
Wacana
ghik alih bahasa Ina Ai
Lampiran 2
Nuwou
Lepuk
Di zaman modern ejo, ngeguwai pola
pikigh masyarakat guwai nutuki perkembangan zaman sai semakin berkembang.
Perkembangan ejo keliwat dirasako oleh penduduk asli Lappung. Kebudayaan
masyarakat Lappung sai dijaga hingga tano bertujuan guwai ngejaga pelestarian
budaya daerah supaya makwat punah dan tentu gawoh ngejadi kebanggan daerah,
salah saino iyulah nuwou adat sai pagun dipertahanko oleh sebagian masyarakat
asli Lappung.
Seturut perkembangan zaman, nuwou
pok tinggal bagi masyarakat asli Lappung mulai bergeser jamo model nuwou sai
didiami oleh masyarakat Lampung jamo umumno. Hal ejo ternah anjak masyarakat
Lappung sai mulai ngebangun gedung semi permanen.
Sejak masa selakkung perang dunia
kewo nuwou-nuwou di zaman tano nayah didighiko oleh masyarakat Lappung, nuwou
tersebut dikenal oleh masyarakat Lappung jamo istilah Nuwou Lepuk. Bangunan
nuwou eno berukuran 8 x 12 m dan terdapok bughi dapugh di bagian bughi atau
samping. Nuwou eno makwat ngegunako tiang, diguwai secara semi permanen,
dindingno setengah bata dan papan atau jamo semen seunyinno.
Struktur pembidangan nuwou sebagai berikut:
1. ngegunako
beghanda bughi,
2. ruang tengah,
3.kamar tidur,
4.beghanda
bagian bughi atau beghanda pok pertemuan muli dan meghanai,
5.dapugh.
Dilom ngedighiko nuwou pagun nayah
dilakuko oleh masyarakat guwai ngeguwai sedekahan selamatan dan pemasangan sesajian,
hal ejo dimaksudko supayo nuwou tersebut dapok ngeneiko keselamatan dan kedamaian bagi penghunino.
Wacana
ghik alih bahasa Ina Ai