Jumat, 28 Februari 2020

Lampung9











PIIL PESENGGIRI


1.    Bejuluk beadek (berpanggilan bergelar):
Secara etimologis Juluk-adek (gelar adat) terdiri dari kata juluk dan adek, masing-masing mempunyai makna; Juluk adalah nama panggilan keluarga seorang pria/wanita, diberikan saat mereka masih muda atau remaja yang belum menikah, dan adek bermakna gelar/nama panggilan adat seorang pria/wanita sudah menikah melalui prosesi pemberian gelar adat. Akan tetapi panggilan ini berbeda dengan inai dan amai.
Inai adalah nama panggilan keluarga untuk seorang perempuan sudah menikah, diberikan pihak keluarga suami atau laki-laki. Sedangkan amai adalah nama panggilan keluarga untuk seorang laki-laki sudah menikah dari pihak keluarga isteri.
Juluk-adek merupakan hak bagi anggota masyarakat Lampung, oleh karena itu
juluk-adek merupakan identitas utama, melekat pada pribadi bersangkutan. Biasanya  penobatan juluk-adek ini dilakukan dalam suatu upacara adat sebagai media peresmiannya.
Juluk adek ini biasanya mengikuti tatanan, telah ditetapkan berdasarkan hirarki status pribadi dalam struktur kepemimpinan adat. Sebagai contoh; Suttan,Pengiran, Dalom, Batin, Temunggung, Radin, Minak, Kimas dst.
Dalam hal ini masing-masing kebuwaian tidak selalu sama, demikian pula urutannya tergantung pada adat yang berlaku pada kelompok masyarakat yang bersangkutan.
Karena juluk-adek melekat pada pribadi, maka seyogyanya anggota masyarakat
Lampung harus memelihara nama tersebut dengan sebaik-baiknya dalam wujud
prilaku pergaulan kemasyarakatan sehari-hari.
Juluk-adek merupakan asas identitas dan sebagai sumber motivasi bagi anggota masyarakat Lampung untuk dapat menempatkan hak dan kewajibannya, kata dan perbuatannya dalam setiap perilaku dan karyanya.[]

Dilom bejuluk beadok/beadek nuntut gham ngedok kehaghusan beahlak tepuji, bejiwa balak,berkepribadian mantap, betanggung jawab, dapok ngelaksanako kewajiban secagha individu,tehadep dighi sayan,keluarga,masyarakat ghik selaku hamba Allah.
2. Nemui nyimah:
 Nemui berasal dari kata benda temui yang berarti tamu, kemudian menjadi kata kerja nemui, berarti mertamu atau mengunjungi/silaturahmi. Nyimah berasal dari kata benda "simah", kemudian menjadi kata kerja "nyimah", berarti suka memberi (pemurah).
Sedangkan secara harfiah nemui-nyimah diartikan sebagai sikap pemurah, terbuka tangan, suka memberi dan menerima dalam arti material sesuai dengan
kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta silaturahmi.
Nemui-nyimah merupakan kewajiban bagi suatu keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk tetap menjaga silaturahmi, dimana ikatan keluarga secara genealogis selalu terpelihara dengan prinsip keterbukaan, kepantasan dan kewajaran.
Pada hakekatnya nemui-nyimah dilandasi rasa keikhlasan dari lubuk hati dalam untuk menciptakan kerukunan hidup berkeluarga dan bermasyarakat. Dengan demikian, maka elemen budaya nemui-nyimah tidak dapat diartikan keliru, mengarah kepada sikap dan perbuatan tercela atau terlarang, tidak sesuai dengan norma kehidupan sosial.
Bentuk konkrit nemui nyimah dalam konteks kehidupan masyarakat dewasa ini lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap kepedulian sosial dan rasa setiakawan. Suatu keluarga memiliki keperdulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan, tentunya berpandangan luas ke depan dengan motivasi kerja keras, jujur dan tidak merugikan orang lain.[]
3. Sakai sambayan:
Sakai bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk benda dan jasa yang bernilai ekonomis yang dalam prakteknya cenderung menghendaki saling berbalas.
Sedangkan sambaiyan bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang, sekelompok orang atau untuk kepentingan umum secara sosial berbentuk benda dan jasa tanpa mengharapkan balasan.
Sakai sambaiyan berarti tolong menolong dan gotong royong, artinya memahami makna kebersamaan atau guyub. Sakai-sambayan pada hakekatnya adalah menun-jukkan rasa partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap berbagai kegiatan pribadi dan sosial kemasyarakatan pada umumnya.
Sebagai masyarakat Lampung akan merasa kurang terpandang bila ia tidak mampu berpartisipasi dalam suatu kegiatan kemasyarakatan. Perilaku ini menggambarkan sikap toleransi kebersamaan, sehingga seseorang akan memberikan apa saja secara suka rela apabila pemberian itu memiliki nilai manfaat bagi orang atau anggota masyarakat lain yang membutuhkan.[]

4. Nengah nyappur:
Nengah berasal dari kata benda, kemudian berubah menjadi kata kerja, berarti berada di tengah. Sedangkan nyappur berasal dari kata benda cappur menjadi kata kerja nyappur, berarti baur atau berbaur.
Secara harfiah dapat diartikan sebagai sikap suka bergaul, suka bersahabat dan toleran antar sesama. Nengah-nyappur menggambarkan, anggota masyarakat Lampung mengutamakan rasa kekeluargaan dan didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak membedakan suku, agama, tingkatan, asal usul dan golongan.
Sikap suka bergaul dan bersahabat menumbuhkan semangat suka bekerjasama dan tenggang rasa (toleransi) yang tinggi antar sesamanya. Sikap toleransi akan menumbuhkan sikap ingin tahu, mau mendengarkan nasehat orang lain, memacu semangat kreativitas dan tanggap terhadap perkembangan gejala-gejala sosial.
Oleh sebab itu dapat diambil suatu konklusi bahwa sikap nengah-nyappur menunjuk kepada nilai musyawarah untuk mufakat. Sikap nengah nyappur melambangkan sikap nalar yang baik, tertib dan seklaigus merupakan embrio dari kesungguhan untuk meningkatkan pengetahuan serta sikap adaptif terhadap perubahan.
Melihat kondisi kehidupan masyarakat Lampung yang pluralistik, maka dapat dipahami bahwa penduduk daerah ini telah menjalankan prinsip hidup nengah-nyappur secara wajar dan positif.
Sikap nengah-nyappur juga menunjukkan sikap ingin tahu yang tinggi, sehingga
menumbuhkan sikap kepeloporan. Pandangan atau pemikiran demikian menggabarkan bahwa  anggota masyarakat Lampung merupakan bentuk kehidupan yang memiliki jiwa dan semangat kerja keras dan gigih untuk mencapai tujuan masa depannya dalam berbagai bidang kehidupan.
Nengah-nyappur merupakan pencerminan dari asas musyawarah untuk mufakat.
Sebagai modal untuk bermusyawarah tentunya seseorang harus mempunyai penge-tahuan dan wawasan yang luas, sikap toleransi yang tinggi dan melaksanakan segala keputusan dengan rasa penuh tanggung jawab.
Dengan demikian berarti masyarakat Lampung pada umumnya dituntut kemampuannya untuk dapat menempatkan diri pada posisi yang wajar, yaitu dalam arti sopan dalam sikap perbuatan dan santun dalam tutur kata. Makna yang lebih dalam adalah harus siap mendengarkan, menganalisis, dan harus siap menyampaikan informasi dengan tertib dan bermakna.[]

5.Titie Gemattei
 Titie Gemattei terdiri dari dua suku kata, titie dan gemattei. Titie berasal dari kata titi yang berarti jalan, dan gemantie berarti lazim atau kebiasaan leluhur yang dianggap baik.
Wujud titie gemanttei secara konkrit berupa norma yang sering disebut kebiasaan masyarakat adat. Kebiasaan masyarakat adat ini tidak tertulis, yang terbentuk atas dasar kesepakatan masyarakat adat melalui suatu forum khusus (rapat perwatin Adat/Keterem).
Titie gemattei tersebut berisi keharusan, kebolehan dan larangan (cepalo) untuk
berbuat dalam penerapan semua elemen Piil Pesenggiri. Memperhatikan proses
normatif hubungan sosial titie gemattei ini, maka dalam aktualisasi penerapannya senantiasa amat lentur dan fleksibel mengikuti tuntutan perubahan (selalu terjadi penyesuaian).
Contoh; pada masa lalu setiap penyimbang suku di Anek, Kampung, Tiyuh atau Pekon harus mempunyai tempat mandi khusus di sungai (disebut kuwaiyan, pakkalan), tetapi sekarang sesuai dengan perkembangan zaman diganti dengan kamar mandi.
Titie gemattie juga mempunyai pengertian sopan santun untuk kebaikkan yang
diutamakan berdasarkan kelaziman dan kebiasaan. Kelaziman dan kebiasaan yang berdasarkan kebaikkan ini pada hakekatnya menggambarkan bahwa masyarakat Lampung mempunyai tatanan kehidupan sosial yang teratur.
Sikap membina kebiasaan yang berdasarkan kebaikkan merupakan modal dasar pembangunan dan pemahaman terhadap budaya malu baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat.
Prinsip hidup yang terkandung dalam titie gemattei merupakan pedoman dalam pelaksanaan pengawasan terhadap sikap perilaku yang melahirkan cepalo (norma hukum) yang kongkrit dan terbentuknya tatanan hukum yang baru, sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat.[]










Rabu, 26 Februari 2020

Math9


9c




Baris Aritmatika
Baris aritmatika merupakan baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku sebelumnya melalui penjumlahan atau pengurangan dengan suatu bilangan b. Selisih antara nilai suku-suku yang berdekatan selalu sama yaitu b. Sehingga:

U_n - U_{(n - 1)} = b
Sebagai contoh baris 1, 3, 5, 7, 9, merupakan baris aritmatika dengan nilai:

b = (9 – 7) = (7 – 5) = (5 – 3) = (3 – 1) = 2

Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan aritmatika dapat diketahui dengan mengetahui nilai suku ke-k dan selisih antar suku yang berdekatan (b). rumusannya berikut ini:

U_n = U_k + (n - k)b
Jika yang diketahui adalah nilai suku pertama  U_k = a dan selisih antar sukunya (b), maka nilai k = 1 dan nilai U_n adalah:

U_n = a + (n - 1)b

Barisan Geometri
Baris geometri adalah baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku sebelumnya melalui perkalian dengan suatu bilangan r. Perbandinganatau rasio antara nilai suku dengan nilai suku sebelumnya yang berdekatan selalu sama yaitu r. Sehingga:

\frac{U_n}{U_{(n - 1)}} = r
Sebagai contoh baris 1, 2, 4, 8, 16, merupakan baris geometri dengan nilai

r = \frac{16}{8} = \frac{8}{4} = \frac{4}{2} = \frac{2}{1} = 2
Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan geometri dapat diketahui dengan mengetahui nilai suku ke-k dan rasio antar suku yang berdekatan (r). Rumusannya berikut ini:

U_n = U_k \cdot r^{(n - k)}
Jika yang diketahui adalah nilai suku pertama  U_k = a dan rasio antar sukunya (r), maka nilai k = 1 dan nilai U_n adalah:

U_n = a \cdot r^{(n - 1)}

Senin, 24 Februari 2020

Lampung9









PIIL PESENGGIRI

Falsafah hughik masyarakat lappung dikenal jama istilah piil pesengiri.Masyarakat lappung dilom pergaulanni diatur dilom hukum adat. Hukum adat masyarakat lappung ditinjau anjak sifatni wat telu sifat,yakdo:
1. adat ketara (adat baku sepeti bentuk asal)
2. adat keterem:hasil rundingan guai ngunut penyelesaian dilom bentuk pengesahan
3. adat perattei: gegoh jadi adat,anying sebenoghni Cuma kebiasaan gawoh.

Ditinjau anjak proses pembentukanni ghik tujuan diwatkonni, wat 3 macom adat:
1.    Adat cepalo
2.    Adat ngejuk ngakuk
3.    Adat kebumian
Adat cepalo betujuan ngedidik ghik ngebina warga tagan selalu bewatak wawai ghik benogh, ngehendaki kebajikan dilom budi pekerti, tutur bahasa, ghik sai baghihni, demikian sina disebut jama piil pesenggiri.
Piil pesenggiri dapok dijabarko jadi bagian-bagian sai saling bekaitan jama kehughikan masyarakat, ngeliputi:
1.    Bejuluk beadek (berpanggilan bergelar):
Secara etimologis Juluk-adek (gelar adat) terdiri dari kata juluk dan adek, masing-masing mempunyai makna; Juluk adalah nama panggilan keluarga seorang pria/wanita, diberikan saat mereka masih muda atau remaja yang belum menikah, dan adek bermakna gelar/nama panggilan adat seorang pria/wanita sudah menikah melalui prosesi pemberian gelar adat. Akan tetapi panggilan ini berbeda dengan inai dan amai.
Inai adalah nama panggilan keluarga untuk seorang perempuan sudah menikah, diberikan pihak keluarga suami atau laki-laki. Sedangkan amai adalah nama panggilan keluarga untuk seorang laki-laki sudah menikah dari pihak keluarga isteri.
Juluk-adek merupakan hak bagi anggota masyarakat Lampung, oleh karena itu
juluk-adek merupakan identitas utama, melekat pada pribadi bersangkutan. Biasanya  penobatan juluk-adek ini dilakukan dalam suatu upacara adat sebagai media peresmiannya.
Juluk adek ini biasanya mengikuti tatanan, telah ditetapkan berdasarkan hirarki status pribadi dalam struktur kepemimpinan adat. Sebagai contoh; Suttan,Pengiran, Dalom, Batin, Temunggung, Radin, Minak, Kimas dst.
Dalam hal ini masing-masing kebuwaian tidak selalu sama, demikian pula urutannya tergantung pada adat yang berlaku pada kelompok masyarakat yang bersangkutan.
Karena juluk-adek melekat pada pribadi, maka seyogyanya anggota masyarakat
Lampung harus memelihara nama tersebut dengan sebaik-baiknya dalam wujud
prilaku pergaulan kemasyarakatan sehari-hari.
Juluk-adek merupakan asas identitas dan sebagai sumber motivasi bagi anggota masyarakat Lampung untuk dapat menempatkan hak dan kewajibannya, kata dan perbuatannya dalam setiap perilaku dan karyanya.[]

Dilom bejuluk beadok/beadek nuntut gham ngedok kehaghusan beahlak tepuji, bejiwa balak,berkepribadian mantap, betanggung jawab, dapok ngelaksanako kewajiban secagha individu,tehadep dighi sayan,keluarga,masyarakat ghik selaku hamba Allah.
2. Nemui nyimah:
 Nemui berasal dari kata benda temui yang berarti tamu, kemudian menjadi kata kerja nemui, berarti mertamu atau mengunjungi/silaturahmi. Nyimah berasal dari kata benda "simah", kemudian menjadi kata kerja "nyimah", berarti suka memberi (pemurah).
Sedangkan secara harfiah nemui-nyimah diartikan sebagai sikap pemurah, terbuka tangan, suka memberi dan menerima dalam arti material sesuai dengan
kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta silaturahmi.
Nemui-nyimah merupakan kewajiban bagi suatu keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk tetap menjaga silaturahmi, dimana ikatan keluarga secara genealogis selalu terpelihara dengan prinsip keterbukaan, kepantasan dan kewajaran.
Pada hakekatnya nemui-nyimah dilandasi rasa keikhlasan dari lubuk hati dalam untuk menciptakan kerukunan hidup berkeluarga dan bermasyarakat. Dengan demikian, maka elemen budaya nemui-nyimah tidak dapat diartikan keliru, mengarah kepada sikap dan perbuatan tercela atau terlarang, tidak sesuai dengan norma kehidupan sosial.
Bentuk konkrit nemui nyimah dalam konteks kehidupan masyarakat dewasa ini lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap kepedulian sosial dan rasa setiakawan. Suatu keluarga memiliki keperdulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan, tentunya berpandangan luas ke depan dengan motivasi kerja keras, jujur dan tidak merugikan orang lain.[]
3. Sakai sambayan:
Sakai bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk benda dan jasa yang bernilai ekonomis yang dalam prakteknya cenderung menghendaki saling berbalas.
Sedangkan sambaiyan bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang, sekelompok orang atau untuk kepentingan umum secara sosial berbentuk benda dan jasa tanpa mengharapkan balasan.
Sakai sambaiyan berarti tolong menolong dan gotong royong, artinya memahami makna kebersamaan atau guyub. Sakai-sambayan pada hakekatnya adalah menun-jukkan rasa partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap berbagai kegiatan pribadi dan sosial kemasyarakatan pada umumnya.
Sebagai masyarakat Lampung akan merasa kurang terpandang bila ia tidak mampu berpartisipasi dalam suatu kegiatan kemasyarakatan. Perilaku ini menggambarkan sikap toleransi kebersamaan, sehingga seseorang akan memberikan apa saja secara suka rela apabila pemberian itu memiliki nilai manfaat bagi orang atau anggota masyarakat lain yang membutuhkan.[]

4. Nengah nyappur:
Nengah berasal dari kata benda, kemudian berubah menjadi kata kerja, berarti berada di tengah. Sedangkan nyappur berasal dari kata benda cappur menjadi kata kerja nyappur, berarti baur atau berbaur.
Secara harfiah dapat diartikan sebagai sikap suka bergaul, suka bersahabat dan toleran antar sesama. Nengah-nyappur menggambarkan, anggota masyarakat Lampung mengutamakan rasa kekeluargaan dan didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, tidak membedakan suku, agama, tingkatan, asal usul dan golongan.
Sikap suka bergaul dan bersahabat menumbuhkan semangat suka bekerjasama dan tenggang rasa (toleransi) yang tinggi antar sesamanya. Sikap toleransi akan menumbuhkan sikap ingin tahu, mau mendengarkan nasehat orang lain, memacu semangat kreativitas dan tanggap terhadap perkembangan gejala-gejala sosial.
Oleh sebab itu dapat diambil suatu konklusi bahwa sikap nengah-nyappur menunjuk kepada nilai musyawarah untuk mufakat. Sikap nengah nyappur melambangkan sikap nalar yang baik, tertib dan seklaigus merupakan embrio dari kesungguhan untuk meningkatkan pengetahuan serta sikap adaptif terhadap perubahan.
Melihat kondisi kehidupan masyarakat Lampung yang pluralistik, maka dapat dipahami bahwa penduduk daerah ini telah menjalankan prinsip hidup nengah-nyappur secara wajar dan positif.
Sikap nengah-nyappur juga menunjukkan sikap ingin tahu yang tinggi, sehingga
menumbuhkan sikap kepeloporan. Pandangan atau pemikiran demikian menggabarkan bahwa  anggota masyarakat Lampung merupakan bentuk kehidupan yang memiliki jiwa dan semangat kerja keras dan gigih untuk mencapai tujuan masa depannya dalam berbagai bidang kehidupan.
Nengah-nyappur merupakan pencerminan dari asas musyawarah untuk mufakat.
Sebagai modal untuk bermusyawarah tentunya seseorang harus mempunyai penge-tahuan dan wawasan yang luas, sikap toleransi yang tinggi dan melaksanakan segala keputusan dengan rasa penuh tanggung jawab.
Dengan demikian berarti masyarakat Lampung pada umumnya dituntut kemampuannya untuk dapat menempatkan diri pada posisi yang wajar, yaitu dalam arti sopan dalam sikap perbuatan dan santun dalam tutur kata. Makna yang lebih dalam adalah harus siap mendengarkan, menganalisis, dan harus siap menyampaikan informasi dengan tertib dan bermakna.[]

5.Titie Gemattei
 Titie Gemattei terdiri dari dua suku kata, titie dan gemattei. Titie berasal dari kata titi yang berarti jalan, dan gemantie berarti lazim atau kebiasaan leluhur yang dianggap baik.
Wujud titie gemanttei secara konkrit berupa norma yang sering disebut kebiasaan masyarakat adat. Kebiasaan masyarakat adat ini tidak tertulis, yang terbentuk atas dasar kesepakatan masyarakat adat melalui suatu forum khusus (rapat perwatin Adat/Keterem).
Titie gemattei tersebut berisi keharusan, kebolehan dan larangan (cepalo) untuk
berbuat dalam penerapan semua elemen Piil Pesenggiri. Memperhatikan proses
normatif hubungan sosial titie gemattei ini, maka dalam aktualisasi penerapannya senantiasa amat lentur dan fleksibel mengikuti tuntutan perubahan (selalu terjadi penyesuaian).
Contoh; pada masa lalu setiap penyimbang suku di Anek, Kampung, Tiyuh atau Pekon harus mempunyai tempat mandi khusus di sungai (disebut kuwaiyan, pakkalan), tetapi sekarang sesuai dengan perkembangan zaman diganti dengan kamar mandi.
Titie gemattie juga mempunyai pengertian sopan santun untuk kebaikkan yang
diutamakan berdasarkan kelaziman dan kebiasaan. Kelaziman dan kebiasaan yang berdasarkan kebaikkan ini pada hakekatnya menggambarkan bahwa masyarakat Lampung mempunyai tatanan kehidupan sosial yang teratur.
Sikap membina kebiasaan yang berdasarkan kebaikkan merupakan modal dasar pembangunan dan pemahaman terhadap budaya malu baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat.
Prinsip hidup yang terkandung dalam titie gemattei merupakan pedoman dalam pelaksanaan pengawasan terhadap sikap perilaku yang melahirkan cepalo (norma hukum) yang kongkrit dan terbentuknya tatanan hukum yang baru, sesuai dengan kebutuhan hidup masyarakat.[]


Jumat, 21 Februari 2020

Lampung8

VIIIB






Pemandu Acara


     1. Penampilan
    Seorang pemandu acara yang berpenampilan menarik mampu membuat kemasan acara yang kurang baik menjadi cukup baik.
Untuk menjadi pemandu acara yang berpenampilan menarik diperlukan  syarat-syarat sebagai berikut:
          1) Berpakaian dengan sopan, menarik, dan memberikan kesan familier.
          2) Tampil dalam kondisi tubuh prima, sehat, dam memberikan kesan
               tangkas,cekatan, dan fleksibel ( tidak kaku).
          3. Dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan keadaan.
          4. Tumbuhkan rasa percaya diri.
 2. Sikap
Sikap pemandu acara hendaknya mampu menjadi penghubung antara kepentingan penonton dan pelaku kegiatan yang ditampilkannya. Jika sebaliknya yang terjadi maka penonton akan merasa tidak menyenangi acara harus mampu menjembatani kepentingan penonton dn kepentingan pelaku kegiatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sikap seorang pemandu acara ini ialah .........
           1. Bersikap sopan
           2. Penuh Percaya Diri
           3. Menghargai Waktu
           4. Dewasa dan bertanggung jawab
           5. Rendah hati
                6. Memberikan Motifasi
3. Bahasa
    Seorang pemandu acara hendaknya menguasai benar bahasa sebagai media untuk menyampaikan keinginannya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemandu acara. Tanpa bekal kepandaian dalam memerankan kepintaran berbahasa seorang pemnadu acara tidak akan berhasil mengantarkan sebuah acara yang baik, bahkan sering meninmbulkan kejengkelan pemiranya.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pemandu mengenai bahasa ini adalah :
         1. Vokal harus jelas
         2. Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kemampuan
             pendengarnya.
         3. Pandai memilih kosakata
           4.Padat dan berisi namun kaya dengan improvisasi
           5. Mampu memancing emosi penonton
           6. Tidak menonton
           7. Disesuaikan dengan logat dan kualitas maupun kuantitas
           8. Tidak banyak mengulas penampilan yang baru ditampilkan sementara
                memang penonton tampak tidak menghendaki
           9. Pandai bervariasi dengan mempergunakan berbagai bahasa yang
                sesuai dengan heterogenitas penonton.
           10. Pandai bervariasi dengan melihat latar belakang budaya atraksi yang
                 akan ditampilkan.
           11. Memberikan kesan intelek agar terlihat profesional.
Jika berbagai hal di atas dilaksanakan dengan baik, maka esan lebih niscaya atraksi atau cara yang ditampilkan akan terkesan lebih segar dan menarik.


  4. Wawasan
     Seorang pemandu acara dituntut memiliki wawasan yang kuat dan luas. Pemandu acara yang tidak memiliki wawasan yang luas terkean picik, ragu, bahkan terlihat bengong dan terbatas. Acara yang baik akan berubah menjadi tidak atau kurang menarik karena tidak ada pengantar bahasa yang berisi wawasan untuk memberikan informasi mengenai acara yang akan ditampilkan.
Jika itu terjadi, maka secara keseluruhan seakan acara yang disuguhkan kurang mendidik, atau bahkan tidak mendidik masyarakat penonton untuk bisa mengapresiasikan sajian yang ditampilkan. Padahal sebenarnya penonton sangat membutuhkan wawasan dibalik apa yang mereka lihat.
Bagaimanakah wawasan seorang pemandu acara yang baik itu?
1. Pemandu acara harus memiliki latar belakang sosial/ pendidikan yang memadai.
2. Memiliki sifat terbuka ( mau menerima kritik, menambah ilmu dll)
3. Wawasan yang ditampilkan hendaknya relevan dengan acara yang ditampilkan.
4. Wawasan yang diberikan bersifat aktual atau memberikan informasi yang segar.
5. Wawasan tidak bersifat menggurui penonton.
6. Hendaknya wawasan dikemas dengan mempergunakan bahasa yang benar-benar dipahami pendengar/ penonton.
7. Wawasan hendaknya diorentasikan sepenuhnya kepada atraksi atau pertunjukan yang dibawakan.
8. Jangan mengambil waktu seenaknya dalam memberikan wawasan kepada pendengar.
9. Hendaknya wawasan dikemas sedemikian rupa sehingga penyampaiana tidak terlalu vulgar.
10. Wawasan hendaknya bertujuan memberi motifasi pada penampilan yang akan disajikan.
Dengan memperhatikan dan mencoba melaksanakan beberapa catatan di atas seorang pemadu acara akan tampak terkesan profesional terlihat juga kalau pemandu acara bekerja atas dasar program yang sengaja dipesiapkan.

                                                            Sumber. Contoh MC dan Pidato Praktis


                                                            Penerbit Amanah Surabaya

Kamis, 20 Februari 2020

Math9




Baris Aritmatika
Baris aritmatika merupakan baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku sebelumnya melalui penjumlahan atau pengurangan dengan suatu bilangan b. Selisih antara nilai suku-suku yang berdekatan selalu sama yaitu b. Sehingga:

U_n - U_{(n - 1)} = b
Sebagai contoh baris 1, 3, 5, 7, 9, merupakan baris aritmatika dengan nilai:

b = (9 – 7) = (7 – 5) = (5 – 3) = (3 – 1) = 2

Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan aritmatika dapat diketahui dengan mengetahui nilai suku ke-k dan selisih antar suku yang berdekatan (b). rumusannya berikut ini:

U_n = U_k + (n - k)b
Jika yang diketahui adalah nilai suku pertama  U_k = a dan selisih antar sukunya (b), maka nilai k = 1 dan nilai U_n adalah:

U_n = a + (n - 1)b

Barisan Geometri
Baris geometri adalah baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku sebelumnya melalui perkalian dengan suatu bilangan r. Perbandinganatau rasio antara nilai suku dengan nilai suku sebelumnya yang berdekatan selalu sama yaitu r. Sehingga:

\frac{U_n}{U_{(n - 1)}} = r
Sebagai contoh baris 1, 2, 4, 8, 16, merupakan baris geometri dengan nilai

r = \frac{16}{8} = \frac{8}{4} = \frac{4}{2} = \frac{2}{1} = 2
Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan geometri dapat diketahui dengan mengetahui nilai suku ke-k dan rasio antar suku yang berdekatan (r). Rumusannya berikut ini:

U_n = U_k \cdot r^{(n - k)}
Jika yang diketahui adalah nilai suku pertama  U_k = a dan rasio antar sukunya (r), maka nilai k = 1 dan nilai U_n adalah:

U_n = a \cdot r^{(n - 1)}

Rabu, 19 Februari 2020

Lampung8

VIIIA






Pemandu Acara


     1. Penampilan
    Seorang pemandu acara yang berpenampilan menarik mampu membuat kemasan acara yang kurang baik menjadi cukup baik.
Untuk menjadi pemandu acara yang berpenampilan menarik diperlukan  syarat-syarat sebagai berikut:
          1) Berpakaian dengan sopan, menarik, dan memberikan kesan familier.
          2) Tampil dalam kondisi tubuh prima, sehat, dam memberikan kesan
               tangkas,cekatan, dan fleksibel ( tidak kaku).
          3. Dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan keadaan.
          4. Tumbuhkan rasa percaya diri.
 2. Sikap
Sikap pemandu acara hendaknya mampu menjadi penghubung antara kepentingan penonton dan pelaku kegiatan yang ditampilkannya. Jika sebaliknya yang terjadi maka penonton akan merasa tidak menyenangi acara harus mampu menjembatani kepentingan penonton dn kepentingan pelaku kegiatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sikap seorang pemandu acara ini ialah .........
           1. Bersikap sopan
           2. Penuh Percaya Diri
           3. Menghargai Waktu
           4. Dewasa dan bertanggung jawab
           5. Rendah hati
                6. Memberikan Motifasi
3. Bahasa
    Seorang pemandu acara hendaknya menguasai benar bahasa sebagai media untuk menyampaikan keinginannya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemandu acara. Tanpa bekal kepandaian dalam memerankan kepintaran berbahasa seorang pemnadu acara tidak akan berhasil mengantarkan sebuah acara yang baik, bahkan sering meninmbulkan kejengkelan pemiranya.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pemandu mengenai bahasa ini adalah :
         1. Vokal harus jelas
         2. Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kemampuan
             pendengarnya.
         3. Pandai memilih kosakata
           4.Padat dan berisi namun kaya dengan improvisasi
           5. Mampu memancing emosi penonton
           6. Tidak menonton
           7. Disesuaikan dengan logat dan kualitas maupun kuantitas
           8. Tidak banyak mengulas penampilan yang baru ditampilkan sementara
                memang penonton tampak tidak menghendaki
           9. Pandai bervariasi dengan mempergunakan berbagai bahasa yang
                sesuai dengan heterogenitas penonton.
           10. Pandai bervariasi dengan melihat latar belakang budaya atraksi yang
                 akan ditampilkan.
           11. Memberikan kesan intelek agar terlihat profesional.
Jika berbagai hal di atas dilaksanakan dengan baik, maka esan lebih niscaya atraksi atau cara yang ditampilkan akan terkesan lebih segar dan menarik.


  4. Wawasan
     Seorang pemandu acara dituntut memiliki wawasan yang kuat dan luas. Pemandu acara yang tidak memiliki wawasan yang luas terkean picik, ragu, bahkan terlihat bengong dan terbatas. Acara yang baik akan berubah menjadi tidak atau kurang menarik karena tidak ada pengantar bahasa yang berisi wawasan untuk memberikan informasi mengenai acara yang akan ditampilkan.
Jika itu terjadi, maka secara keseluruhan seakan acara yang disuguhkan kurang mendidik, atau bahkan tidak mendidik masyarakat penonton untuk bisa mengapresiasikan sajian yang ditampilkan. Padahal sebenarnya penonton sangat membutuhkan wawasan dibalik apa yang mereka lihat.
Bagaimanakah wawasan seorang pemandu acara yang baik itu?
1. Pemandu acara harus memiliki latar belakang sosial/ pendidikan yang memadai.
2. Memiliki sifat terbuka ( mau menerima kritik, menambah ilmu dll)
3. Wawasan yang ditampilkan hendaknya relevan dengan acara yang ditampilkan.
4. Wawasan yang diberikan bersifat aktual atau memberikan informasi yang segar.
5. Wawasan tidak bersifat menggurui penonton.
6. Hendaknya wawasan dikemas dengan mempergunakan bahasa yang benar-benar dipahami pendengar/ penonton.
7. Wawasan hendaknya diorentasikan sepenuhnya kepada atraksi atau pertunjukan yang dibawakan.
8. Jangan mengambil waktu seenaknya dalam memberikan wawasan kepada pendengar.
9. Hendaknya wawasan dikemas sedemikian rupa sehingga penyampaiana tidak terlalu vulgar.
10. Wawasan hendaknya bertujuan memberi motifasi pada penampilan yang akan disajikan.
Dengan memperhatikan dan mencoba melaksanakan beberapa catatan di atas seorang pemadu acara akan tampak terkesan profesional terlihat juga kalau pemandu acara bekerja atas dasar program yang sengaja dipesiapkan.

                                                            Sumber. Contoh MC dan Pidato Praktis


                                                            Penerbit Amanah Surabaya

Selasa, 18 Februari 2020

Lampung7






      Segata Lelagaan

Segata lelagaan adalah segata yang disampaikan dengan maksud untuk mengolok-olok atau untuk bersenda gurau (bercanda).

Contoh:

Lapah sekula cakak motogh
Pak Adi ngebeli kosek
Ki niku sanak pittogh
Ulah api pagun nyontek.

Beli kawai di toko Menik
Singgah pai di tukang salak
Lamun benogh menganmu cutik
Ulah api badanmu balak